Header Ads

In the Heart of the Sea, kisah epik bertahan hidup di lautan lepas. [Review dan Analisis]


Warner Bros
Intro

Ketika saya melihat trailernya pertama kali di youtube, reaksi saya adalah “Moby Dick?! DAMN ! ”, saya tidak menduga bahwa ada 1 lagi film yang diadaptasi dari buku yang hitungannya baru pertama kali diangkat ke layar lebar, sebelumnya mungkin tidak ada seorangpun yang bisa memvisualisasikan pertarungan besar di lautan dari novelnya. Moby Dick adalah novel fiksi yang sangat terkenal di kalangan orang eropa atau orang barat. Salah satu cerita megah nan epic yang juga pernah populer di Amerika sampai saat ini.

Dalam novel fiksinya moby dick bercerita tentang sebuah pertarungan besar antara kapten Ahab, dan Ishmael melawan monster paus putih berukuran sangat besar sekali dan menjadi rahasia umum yang terkenal di kalangan pelaut. Ukurannya yang teralu besar berbeda jauh dengan paus sebangsanya, membuat monster tersebut mampu menenggelamkan kapal Galleon hanya dengan sekali kibasan ekornya.

Saya tidak menduga bahwa ada yang berani merilis film seperti ini ketika ada pesaing yang lebih besar di desember nanti, yang saya takutkan adalah bahwa nantinya film ini malah kalah promosi oleh film kolosal yang akan rilis di bulan yang sama dan dampak yang ditimbulkan adalah orang-orang justru malah tidak tertarik oleh film ini padahal film ini pantas untuk mendapatkan perhatian masyarakat karena cerita Moby Dick adalah salah satu cerita terbaik yang pernah dituliskan sepanjang masa. Mengesampingkan hal tersebut film ini akan menjadi film yang menjanjikan jika ditangani dengan baik, tidak semua orang tahu cerita mengenai apa itu Moby Dick dan cerita apa yang menginspirasi novel tersebut. Mungkin saat ini hanya segelintir orang saja yang mengetahui novel itu apalagi dikalangan orang asia. Saya sendiri sebagai kalangan orang asia mengetahui Moby Dick dari cerita bergambar donal bebek.

Trailer
Untuk trailernya sendiri tidak menampilkan adegan-adegan dan musik yang menginspirasi seperti trailer-trailer perjuangan hidup meskipun jika secara cerita difilmnya memang temanya tentang perjuangan hidup. Justru uniknya trailer In the Heart of the Sea terasa lebih gelap dan juga lebih thrilling.  Dalam trailernya monster yang dihadapi oleh para pelaut tidak teralu mencolok, secara pintar trailernya menamplkan hanya siluet – siluet dari sang monster. Hal ini membuat saya merasakan suasana yang mencekam serta memancing rasa penasaran saya apa yang sebenarnya terjadi di lautan tersebut. Saya sebelumnya sangat menantikan bahwa nantinya akan ada film yang menangkat film tentang Moby Dick, dan ketika melihat trailernya saya sangat tertarik jika ada kesempatan film ini akan saya nonton nanti. Bersyukur bahwa di trailer dari film ini tidak menjadi Spoiler dari filmnya, secara pribadi saya sudah dikecewakan oleh dari 2 trailer film yang sebenarnya sangat saya nantikan ketika rilis nanti alasannya adalah karena trailer dari ke-2 film tersebut malah menampilkan teralu banyak konten yang seharusnya menjadi ujung tombak dari film tersebut. Overall trailer dari In the Heart of the Sea salah satu trailer yang digarap secara pintar dan well-done, not great but still good as that.

Story
Jika anda mengharpkan ada pertarungan kolosal, epic, nan memukau, pertempuran hidup dan mati antara seorang pria dan monster paus seputih gading anda tidak akan mendapatkan hal tersebut dan saya sendiri juga harus menelan pil pahit karena tidak mendapatkan pertempuran yang saya harapkan. Saya juga sedikit kecewa bahwa film ini tidak diangkat berdasarkan novel fiksinya, melainkan diangkat dari kisah nyata yang menginspirasi novel Moby Dick karya Herman Melville. Saya mulai menduga bahwa film tidak akan menceritakan pertempuran karena nama tokoh yang diceritakan bukanlah Ahab ataupun Ishmael, dan Herman Melville muncul diawal untuk mencari kisah sang pelaut yang selamat dari insiden kapal pemburu paus terburuk pada jamannya. Jadi kesimpulannya cerita dari film In the Heart of the Sea bukanlah Fiction, melainkan film biografi yang diangkat dari buku yang memiliki nama yang sama yaitu In the Heart of the Sea; The Tragedy of the Whaleship Essex karya Nathaniel Philbrick.

Cerita utamanya adalah menceritakan pengalaman Thomas Nickerson satu-satunya orang yang masih hidup dan hanya dia orang yang bisa menceritakan kejadian sesungguhnya tragedi yang menimpa seluruh awak kapal Essex. Pada saat itu Herman Melville seorang penulis yang masih mencari jati dirinya membayar Thomas dengan sejumlah uang demi memenuhi kelangsungan dan kebutuhan keluarganya.

Seperti yang disebutkan diatas pengalaman Thomas Nickerson dimulai saat ia masih menjadi awak kapal Essex, kapal yang digunakan oleh perusahaan yang menyediakan minyak paus yang pada saat itu sangat dibutuhkan oleh masyarakat di Nentucket, America. Minyak paus pada jaman tersebut tergolong barang yang sangat mahal dipasaran karena minyak bumi masih belum ditemukan oleh masyarakat.

Dalam ceritanya Thomas menyebutkan bahwa ini adalah cerita mengenai 2 orang pria berkharisma yang mengkomando juga memimpin kapal Essex dalam pelayarannya memburu paus untuk diambil minyaknya. 2 orang tersebut adalah Owen Chase (Chris Hemsworth) sebagai First Mate dan George Pollard, Jr. (Benjamin Walker) sebagai kapten kapal. 2 orang ini memiliki latar belakang dan tujuan yang berbeda, dimana Owen berasal dari keluarga imigran yang tidak diakui dalam masyarakat dan bertekad menjadi kapten kapal dan mengangkat strata keluarganya ke kasta yang lebih baik di masyarakat, sedangkan George adalah anak dari keluarga penangkap paus yang terpandang dan mempunyai martabat di masyakarat, George bertekad untuk menjaga nama baik serta kehormatan keluarganya dan bisa diakui oleh keluarganya sendiri.  Perbedaan latar belakang membuat gaya kepemimpinan mereka sangat bertolak belakang. Ego yang tinggi, prinsip, kepercayaan diri, dan saling anggap remeh satu sama lain membuat mereka tidak akur sepanjang pelayaran, dimana gaya kepimpinan Owen terlihat lebih fleksibel, sedangkan George lebih kaku terhadap peraturan yang ada. Meskipun begitu kedua orang ini memiliki keahliannya masing-masing, dimana Owen sangat mahir dalam menangkap Paus, dan Kapten George lebih piawai dalam membaca peta serta navigasi astronomi. Meskipun banyak ketidak cocokan diantara mereka namun tugas dan tanggung jawab untuk membawa 3000 gentong minyak paus mau tidak mau harus membuat mereka harus saling bahu membahu.

3000 gentong minyak bukanlah quota yang bisa cepat diselesaikan dalam kurun waktu yang singkat, ditambah semakin berkurangnya populasi paus yang ada di perairan wilayah tersebut membuat mereka semakin tidak sabar dan gelisah. Ketidak sabaran dan juga keserakahan mereka akan menghasilkan takdir pahit yang harus diterima oleh seluruh awak kapal Essex. Se’ekor paus menyerang kapal mereka dan menenggelamkan seluruh jerih payah yang selama ini mereka kumpulkan. Bermodalkan sekoci dan perbekalan yang terbatas diperburuk oleh monster paus yang kelihatannya memiliki dendam kesumat terus mengikuti dan memperburuk keadaan menyedihkan mereka, anda akan melihat situasi terburuk yang bisa terjadi seandainya anda terapung-apung di lautan lepas tanpa kompas atau penunjuk arah ditambah perbekalan yang sedikit dan harus dibagi oleh kesetiap orang.

Kalimat yang dilontarkan dari salah satu karakternya menggambarkan betapa tertekannya mereka adalah “Why waste water on the dying man?” kalimat tersebut seperti memiliki makna, “udah itu orang sudah pasti mati ngapain buang-buang air?” memberikan sedikit air saja kepada orang yang terluka parah membuat orang-orang tersebut tidak rela akan karenanya. Orang-orang mulai kehilangan akal sehatnya ketika terapung-apung dilautan dalam waktu yang lama, dan air yang sebelumnya hanya benda sepele menjadi benda paling berharga dilautan. Orang-orang akan melakukan apapun untuk bertahan hidup, meskipun begitu saya terkesan bahwa tidak ada semangat sama sekali yang terpancar dari setiap tokohnya, mereka seolah pasrah akan takdir kejam yang menimpa hidup mereka dan tidak memiliki semangat lagi untuk hidup mereka ingin mengakhiri pendertiaan ini namun tidak kunjung datang, kematian seolah menjauhi mereka dan hari-hari berjalan dengan sangat lambat. Lautan seperti padang pasir yang sangat luas, sepanjang mata memandang tidak ada batasnya. Sampai tiba saatnya mereka mau tidak mau harus melakukan perbuatan yang terkutuk demi melangsungkan hidup mereka, yaitu kanibalisme. “Don’t waste a dead man” kata itu terlontar begitu saja ketika salah satu awak mati dan pada saat itu persediaan makanan sudah terkuras habis, mereka memisahkan kaki dan tangannya, membelah tubuhnya dan memakan jantungnya pertama kali.

Cerita dalam film ini tergolong cepat dan straight forward, dengan artian bahwa tidak ada flashback dari setiap karakternya atau menceritakan kehidupan lain selain tokoh utamanya, betul di film ini hanya menyorot bagaimana sang tokoh utama hidup di lautas bebas dan terdampar di pulau asing yang tidak ada didalam peta.  Separuh film anda akan melihat bagaimana sang tokoh utama berjuang bertahan hidup, ditambah sedikit drama yang juga ikut mewarnai film ini. Yang saya maksud drama bukanlah drama cengeng yang memiliki dialog yang muluk antar tiap karakternya, drama yang ditampilkan di In the Heart of the Sea lebih tergolong jantan dan tidak cengeng. Tidak ada dialog kaku, atau percakapan sentimental di dalam film In the Heart of the Sea. Sebenarnya cerita yang mereka tampilkan cukup mudah dicerna dan tidak rumit jalan ceritanya, namun karena alurnya yang teralu cepat membuat saya bertanya WTF is going on? Kanibalisme juga mewarnai film ini, dan bertahan hidup disini jauh terlihat realistis dan meyakinkan ketimbang melihat film Life of Pi meskipun keduanya bertema bagaimana sang tokoh utama bertahan hidup di tengah lautan lepas, namun In the Heart of the Sea  menunjukan seperti apa hukuman yang diberikan Tuhan dan kasihnya tidak diberikan sama sekali kepada mereka. Tidak ada keajaiban atau hal muluk yang terjadi agar perjuangan para tokohnya terlihat lebih mudah, disini adalah perjuangan yang paling menyedihkan dan mengenaskan jika dibandingkan oleh film-film bertahan hidup lainnya lainnya. Penggambarannya di film ini semakin suram seiring dengan alur perkembangan ceritanya dan kita seperti merasakan keputus asaan, depresi, dan tekanan dari mereka semua yang selamat dari Monster tersebut. Dan bagi mereka yang selamat dari amukan sang paus seperti penderitaan yang terus diperpanjang, mereka tidak mau mati namun dengan tangan terbuka menyambut kematian jika datang menjemput mereka, hidup segan matipun tak mau mungkin itu pepatah yang cocok untuk setiap kru kapal Essex yang selamat.  

The Actor/res
Dalam In the Heart of the Sea terdapat 4 aktor yang menonjol dalam memerankan karakternya dan berhasil menyita perhatian saya pribadi. Effort yang mereka lakukan difilm ini sangat terlihat dan perlu diapresiasi. Ada aktor pendatang baru ataupun sudah kelas atas terdapat bobot yang seimbang dalam memerankannya. Namun tidak semua bagus dalam memerankan karakternya, ada yang sedikit menyebalkan dan terlihat berlebihan di dalam film.




Chris Hemsworth as Owen Chase the first mate.
Chris terlihat sangat berkarakter dalam memerankan perannya, terlihat dari usahanya dalam mempertahankan aksen asli yang dimiliki karakternya perlu diapresiasi meskipun logatnya kembali lagi saat akhir dan klimaks film. Selain itu Chris yang memiliki postur gagah dan berotot harus kehilangan sebagian berat tubuhnya agar terlihat kurus kering dalam akhir film dan itu merupakan usaha juga determinasi yang hanya dimiliki oleh sedikit aktor papan atas. Chris tetap konsisten dan terlihat sangat antusias dalam memerankan Owen dan saya sangat menikmati perannya di film ini ketimbang ia menjadi dewa di film satunya. Ini adalah angin segar sekaligus pengalaman yang baru bagi Chris dan saya sangat mengharapkan ia mampu memerankan peran berkarakter seperti ini.


Benjamin Walker as George Pollard, Jr. the Captain
Benjamin walker mungkin jarang terdengar namanya di film besar dan saya baru pertama kali melihat dia berakting saat ia berperang sebagai presiden Abe di film Abraham Lincoln : Vampire Hunter, dimana saya sendiri kurang berkesan dalam cara ia berakting. Ia seperti terlihat lembek dan tidak bisa membawakan karakternya di dalam film. Apakah ia terlihat seperti itu di film In the Heart of the Sea ? untungnya tidak! Ia terlihat lebih berkarakter dan berhasil memerankan sang kapten dengan sangat baik. Ia berhasil meniupkan jiwa dan emosinya kedalam karakter yang ia perankan sehingga lebih terasa hidup dan tidak datar. Meskipun begitu ia kurang piawai dalam memperlihatkan aksennya sebagai orang dari kalangan atas dan justru lebih terlihat sebagai orang yang biasa saja. Owen  dan Matthew memiliki logatnya sendiri namun kapten George tidak teralu terlihat aksen yang ia bawakan. Meskipun begitu Benjamin terlihat lebih segar dan lebih baik dalam filmnya yang baru ini.


Tom Holland as Thomas Dickerson the Cabin Boy
Bagi anda yang belum mengetahui Tom ia adalah anak di dalam film The Impossible, dan calon bakal Spiderman di film Captain Amerika yang baru. Tom adalah aktor yang berbakat dan menjanjikan di kalangan aktor-aktor muda, terlihat saat ia memerankan karakter di dalam film The Impossible  ia berhasil menarik keluar karakter dan skill akting yang ia miliki pada saat begitu muda. Namun di film In the Heart of the Sea saya sedikit terganggu dengan cara ia berakting. Tom terlihat menyebalkan dan mengganggu di separuh film, ia terlihat teralu melebih-lebihkan dan teralu banyak mengeksploitasi emosi yang ada di dalam karakternya. Ia seperti tidak menemukan karakternya di film ini, saya yakin ia mencoba dengan maksimal namun usahanya tersebut sepertinya tidak membuahkan hasil yang signifikan. Ia selalu berteriak nama Mr. CHASE! Atau CAPTAIN GEORGE! Disetiap insiden yang selalu terjadi. Bahkan yang cukup bikin saya menggelitik ia masih mampu berteriak disaat yang lain seharusnya sudah kehabisan tenaga dan suara akibat persediaan air dan perbekalan mereka habis, namun Thomas masih saja mampu berteriak di lautan lepas. Saya tidak menganggap bahwa akting dirinya buruk, ia mampu dalam berperas sebagai Cabin Boy namun teralu berlebihan dalam memperlihatkan emosinya.


Cillian Murphy as Matthew Joy, Crewmate and Childhood friend Owen Chase
Cillian Murphy adalah salah satu aktor yang berbakat dan bisa menampilkan penampilan maksimalnya dalam ia berakting. Ia juga kehilangan lebih dari separuh berat badannya agar kelihatan kurus akibat kelaparan luar biasa yang ia alami dalam bencana tersebut. Secara mengesankan ia mampu mempertahankan dialek yang dimiliki oleh karakternya sampai akhir film, ia terlihat fasih dalam memperlihatkan logat di filmnya meskipun itu bukan logat asli yang ia miliki. Cillian Murphy adalah karakter pembantu yang berkualitas dan total dalam setiap aktingnya disetiap filmnya. Ia adalah aktor yang konsisten dan memiliki cara yang bervariasi dalam memperlihatkan emosinya. Ia kadang bisa terlihat melankolis, psikopat, maniak, tergantung karakter apa yang ia pegang saat itu. Ia mampu menarik dan menjadi karakternya itu sendiri dan tidak semua aktor yang memiliki kualitas seperti Cillian.

Musik
In the Heart of the Sea memiliki musik yang seluruhnya di isi oleh instrumental atau orchestra dan ditangani oleh Roque Baños yang sebelumnya dia pernah menangani 2 film remake. Musik yang ada di film ini tidak bisa dibandingkan seperti composer-komposer terkenal lainnya seperti Hans Zimmer yang mampu melekatkan musiknya di kepala setiap penonton. Di film ini tidak musik yang cukup memorable atau menjadi trademark, musik yang diusung untuk ikut serta mewarnai adegan yang ada di film ini tidak ada yang mengesankan dan lebih terkesan biasa saja. Dari filmnya selesai dan sampai keluar bioskop, sampai saat ini saya tidak bisa mengingat musik yang cukup berkesan sama sekali. Yang saya ingat adalah instrumental biola yang mendampingi saat kapal Essex tenggelam dan membawa kesedihan di dalamnya dengan memainkan musik dari instrument tersebut, namun tetap saja melodinya sulit untuk saya ingat dan cerna. Meskipun begitu musik dalam film In the Heart of the Sea cukup lumayan dalam membawakan suasana dalam filmnya sendiri meskipun tidak teralu signifikan dan berpengaruh membawa emosi penonton kedalamnya.

Overall 
In the Heart of the Sea bukanlah film yang harus ditonton anda jika anda mengharapkan cerita yang sama percis di novel Moby Dick, karena sekali lagi saya sebutkan bahwa film ini berdasarkan kisah nyata yang menginspirasi buku tersebut. Meskipun begitu, film yang memiliki genre Biographical Non-Fiction Thriller adalah film yang cukup menarik untuk menjadi daftar tontonan anda. Namun film ini tidak menyajikan banyak hal-hal yang wah ataupun memorable. Film ini adalah just plain ok dari segi cerita, akting, ataupun musiknya. Tidak adalah plot apapun yang disajikan untuk menjadi senjata rahasia, semuanya hanya berfokus bagaimana sang karakter utama bertahan hidup di lautan lepas.

Skor 6.5

1 komentar:

  1. Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
    Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kbagi.com untuk info selengkapnya.

    Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.