Header Ads

'Princess Mononoke' Review dan Analisis: Detail dan Menawan


Studio Ghibli

Production : Studio Ghibli
Director and Writer : Hayao Miyazaki
Music: Joe Hisaishi
Cast : Yuriko ishida, Yoji Matsuda, Yuko Tanaka, Kaori Kobayashi, Hisaya Morishige, Tetsu Watanabe.

Princess Mononoke adalah anime ber-genre aksi karya dari Hayao Miyazaki, orang yang juga bisa membuat anime mampu memenangkan ajang film paling bergengsi Oscar, mengalahkan pesaingnya dari studio-studio animasi besar seperti Disney atau Pixar. Princess Mononoke adalah salah satu film Miyazaki yang tergolong action oriented namun masih kental dan kaya akan ceritanya yang menarik. Tidak aneh bahwa dirinya sering-sering disebut sebagai harta nasional kebanggaan milik Jepang karena karya-karyanya yang hangat, ceria, dan ceritanya yang unik dan disajikan oleh animasi yang memukau mata untuk disaksikan oleh para penontonnya.

Ini adalah film kedua Miyazaki yang saya tonton setelah melihat Spirited Away, dan sesuai dengan ekspetasi saya film ini juga turut memukau saya dari segi animasi atau ceritanya. Princess mononoke memiliki wajah dan warna yang kental untuk membuat anime ini berbeda dari anime-anime yang pernah di produksi setidaknya pada jamannya.

Toshio Suzuki, orang yang meyakinkan Miyazaki untuk membuat film Princess Mononoke

Awal ide dari cikal bakalnya Princess Mononoke  muncul pada akhir tahun 1970, dimana Miyazaki menggambar pada sketsanya tentang seorang putri dan binatang yang hidup bersama di dalam hutan, namun sayangnya ide ini ia tinggalkan dan tidak ia kembangkan lebih jauh selama lebih dari 20 tahun (karakter binatang ini digunakan sebagai dasar desain Totoro). Sampai suatu hari sang produser dari film ini Toshio Suzuki datang kepada Hayao Miyazaki untuk meyakinkannya bahwa mungkin ini adalah satu-satunya kesempatan Hayao Miyazaki untuk bisa membuat film aksi diusianya yang sudah tua.

Sketsa desain awal Princess Mononoke (1). Hayao Miyazaki / Studio Ghibli

Sketsa desain awal Princess Mononoke (2). Hayao Miyazaki / Studio Ghibli


Anime ini tadinya bakal menjadi film Anime terakhir yang akan dibuat oleh Miyazaki saat memasuki usia pensiunnya, namun karena kesuksesan yang besar ia menunda pensiunnya dan melanjutkan untuk membuat beberapa karya lagi.

Plot dan Cerita

Princess Mononoke mengambil seting waktu pada era Muromachi (1392-1573, 1333-1467, lihat google), pada era itu terjadi perang Onin (1467-1477), perang antara samurai melawan orang-orang desa / petani. Miyazaki memilih era ini karena pada era tersebut memiliki hubungan bahwa Jepang dengan alamnya berubah secara drastis. Di era Muromachi, produksi besi dan baja meningkat, dimana membutuhkan jumlah pohon yang banyak untuk ditebang untuk dijadikan arang, dan semua orang disana merasa bahwa mereka bisa mengendalikan alam dan penguasa diatasnya. Juga, diketahui pada era itu juga adalah waktu Jepang yang kita tahu sekarang terbentuk.

Dari inspirasi tersebut karenanya cerita dalam Mononoke memiliki 3 plot utama yang membentuk struktur dari film ini. Dimana di film ini terjadi perang antara manusia dengan dewa-dewa binatang yang ingin melindungi alam, namun juga terjadi konflik kekuasaan antara manusia (samurai) dengan manusia lainnya. Perlu di catat juga bahwa dari era tersebut Miyazaki mengambil garis besar untuk cerita dari Princess Mononoke.

Cerita dari Princess Mononoke berawal dari seorang pangeran bernama Aishitaka dari klan yang terasingkan yang kemudian tangan kanannya terkena kutukan dari iblis babi yang menyerang desanya. Karena kutukan tersebut Aishitaka diramalkan akan meninggal dalam waktu dekat namun dirinya memperoleh kekuatan fisik yang luar biasa. Menurut tradisi yang ada dalam klan itu, Aishitaka harus meninggalkan desa, calon istrinya (sepertinya) dan tidak pernah menginjakan tanah kelahirannya selamanya. Dan dimulailah petualangan Aishitaka untuk mencari jawaban dan tempat baru untuk dia tinggal.


Aishitaka kemudian pergi ke barat dengan tujuan untuk mencari penyebab kemarahan sang iblis bermodalkan bongkahan besi yang ditemukan didalam mayatnya. Dalam perjalanannya dia bertemu dengan Jiko-bo, seorang pertapa atau biksu (beberapa orang menyebut dia salah satu pemimpin aliran tertentu) yang menolongnya untuk lari dari bandit-bandit yang berniat jahat kepada harta benda milik Aishitaka. Perbincangan pun terjadi diantara keduanya sampai Aishitaka menunjukkan bongkahan besi yang ia temukan di dalam perut iblis babi yang menyerang desanya kepada Jiko-bo.

Jiko-bo mengenali jenis besi tersebut dan menyarankan Aishitaka terus melanjutkan perjalannnya kearah barat jauh ke dalam gunung, menuju hutan yang dimana manusia tidak boleh memasukinya, tempat kediaman dewa rusa. Disini dewa rusa juga disebut dengan shinigami, atau dewa kematian dalam bahasa jepang, dewa rusa tersebut mampu mengambil nyawa namun juga bisa memberikannya.

Tidak jauh dari tempat Aishitaka terdapat sekelompok orang yang diserang oleh dewa serigala bernama Moro bersama seorang gadis muda yang ikut menyerang kelompok tersebut. Eboshi, seorang wanita yang menjadi pemimpin kelompok tersebut kemudian melancarkan serangan kepada Moro dan berhasil menghalau sang dewa, namun tetap saja terdapat korban akibat serangan ini, beberapa korban tersebut jatuh kedalam sungai dimana Eboshi memilih untuk melanjutkan perjalanan ketimbang menyuruh orang untuk menyelamatkan korban-korban yang hilang tersebut.

Aishitaka yang berada di hulu sungai kemudian menemukan korban-korban dari serangan Moro dan kemudian menyelamatkan mereka dan mengobati mereka dengan seadanya. Disana ia bertemu dengan dewa serigala bersama dengan kawanannya yang juga sedang mengobati luka-luka mereka dibantu oleh seorang gadis yang sempat menyita perhatian Aishitaka. Bersama dengan 2 orang yang ia selamatkan Aishitaka kemudian memasuki hutan yang dibilang berhantu dan angker bahkan salah satu korbannya lebih memilih ditinggalkan disana ketimbang memasuki hutan tersebut. Aishitaka bersikeras bahwa itu adalah satu-satunya jalan singkat untuk mengantar mereka berdua kembali ke kota asal mereka. Setelah memasuki hutan tersebut ia bertemu banyak sekali Kodama (dalam budaya Jepang Kodama disebut sebagai peri meninggali dan menjadi penunggu pohon-pohon yang menjadi tempat lahir mereka, - Wikipedia) dan sekilas ia bertemu dengan dewa rusa di danau yang ada di dalam hutan tersebut.

Setelah melewati hutan tersebut Aishitaka bersama 2 orang yang ia selamatkan tiba dikota atau benteng asal mereka. Aishitaka disambut sebagai tamu kehormatan disana, bahkan Eboshi sendiri yang menyambut kedatangan Aishitaka dan berterima kasih kepadanya karena telah menyelamatkan orang-orangnya. Ashitaka kemudian bertemu dengan Eboshi secara empat mata, dan menunjukan tangannya yang telah dikutuk oleh iblis dan kemudian menunjukkan besi yang ia temukan kepada Eboshi. Secara mengejutkan ternyata Eboshi sendiri lah yang secara tidak langsung bertanggung jawab atas nasib yang menimpa Ashitaka.
Eboshi menjelaskan apa yang dimiliki oleh kota ini dan Ashitaka kemudian mengetahui bahwa kota tersebut memproduksi senjata api untuk perperangan dan membutuhkan banyak sekali pohon untuk produksi. Oleh sebabnya Eboshi bersama orang-orangnya mulai mengeruk tanah dan menebang banyak sekali pohon dari hutan untuk membuat senjata-senjata ini. Dewa babi bernama Nago marah karena tindakan dari para manusia yang telah merusak hutan tempat tinggalnya, sang dewa mulai menyerang kemah-kemah, namun berhasil dikalahkan oleh Eboshi dengan pasukan senjata apinya. Jika dewa mati dengan penuh amarah dan dendam ia akan menjelma menjadi iblis dan membawa bencana kemanapun ia pergi, oleh sebabnya Nago menjadi iblis dan ia menyerang desa Ashitaka untuk melampiaskan amarahnya. Ashitaka kemudian menyadari bahwa Eboshi tidaklah wanita yang kejam seperti yang ia pikirkan setelah ia melihat sekelompok orang yang juga terkutuk sama seperti dirinya namun dirawat dengan sungguh-sungguh oleh Eboshi, orang – orang tersebut mengakui bahwa Eboshi telah menyelamatkan diri mereka dan membuat mereka merasa memiliki tujuan kembali dalam hidupnya. Eboshi juga menceritakan siapa gadis yang bersama dengan serigala-serigala yang menyerang orang-orangnya, dia menyebut sang gadis Princess Mononoke, gadis yang dibesarkan oleh serigala untuk membenci manusia.

Sesaat setelahnya, putri Mononoke menyerang kota tersebut di tengah malam. Karena kelincahannya ia berhasil melewati penjaga dan masuk jauh kedalam kota untuk membunuh Eboshi malam itu. Namun karena penjagaan yang ketat ia bisa saja hampir mati jika Ashitaka tidak menyelamatkannya. Ashitaka kemudian melerai pertarungan antara Eboshi dan gadis tersebut yang berat sebelah, dan berhasil membawa sang gadis keluar dari kota dengan oleh-oleh luka yang diberikan oleh salah satu wanita pekerja di kota Eboshi.

Ashitaka berhasil membawa gadis tersebut keluar dan mereka disambut oleh Moro dan serigala-serigala bawahannya, tapi bukan sambutan hangan yang diterima oleh dirinya malah saat dirinya pingsan salah satu serigala mencoba untuk mengigit kepala Ashitaka sampai putus. Tentunya Mononoke tidak lupa akan balas budi dan mencegah serigala tersebut untuk membunuh Ashitaka. Mononoke meletakan Ashitaka di dalam kolam tempat dewa rusa tinggal atau beristirahat, namun apakah dirinya bisa diselamatkan atau tidak tergantung dari kehendak sang dewa. Sang dewa muncul dan menyembuhkan luka dan pendarahan Ashitaka namun tidak menyembuhkan kutukan yang ada di tangan kanannya, dimana Ashitaka menerima takdirnya untuk mati dalam waktu dekat. Mononoke membawa Ashitaka ke tempatnya ia tinggal bersama dengan Moro, sesaat ia sadar Ashitaka mengetahui bahwa nama asli Mononoke adalah San dari Moro. Ashitaka meminta izin Moro untuk membawa San agar dia bisa hidup seperti manusia normal, namun Moro menolak mentah-mentah permintaan itu dengan bilang kepada Ashitaka bahwa San adalah bagian dari keluarga mereka dan dia akan juga mati bersama dengan keluarganya. Ashitaka pergi dan memberikan kalung yang diberikan oleh mantan tunangannya kepada salah satu serigala Moro untuk diberikan kepada San. Kenyataannya adalah bahwa San sendiri yang memilih untuk mati bersama keluarga serigalanya meskipun Moro mencoba meyakinkan bahwa dirinya bisa hidup dengan normal bersama manusia lainnya melalui lelaki tersebut (Ashitaka).

Peperangan meletus antara Eboshi melawan pasukan kerajaan lain dan pasukan babi yang dipimpin oleh dewa babi bernama Okkoto. Eboshi telah mempersiapkan dirinya untuk peperangan ini dan membentengi kotanya dengan berbagai perangkap seperti ranjau, bom, atau asap-asap untuk menghalau pandangan musuh. Eboshi memiliki tujuan lain dan pergi kedalam hutan tempat dewa rusa berada bersama dengan Jiko-bo sebagai penasihatnya dimana dia bekerja dengan pemerintah. Eboshi berniat untuk memberikan kepala dari dewa rusa kepada Kaisar Jepang sebagai obat keabadian, sebagai gantinya Eboshi akan mendapat perlindungan dari kaisar terhadap penguasa-penguasa lokal lainnya yang ingin menghabisi Eboshi.

Dalam peperangan, klan babi telah musnah dan Okkoto mulai menjelma menjadi iblis karena luka tembak yang ia terima di medan pertempuran. Orang-orang bawahan Jiko-bo menyamar menggunakan kulit-kulit babi dan berhasil memperdayai Okkoto yang mengamuk untuk menunjukan jalan kepada dewa rusa berada. San mencoba untuk menghentikan Okkoto, namun tertelan oleh kutukan Okkoto yang sudah menjelma menjadi Iblis. Moro muncul untuk mencegah Okkoto dan Ashitaka dengan nekat menyelam kedalam badan Iblis Okkoto untuk menyelamatkan San. Namun akibatnya, kutukan yang ada di Ashitaka mulai membesar dan bertambah parah, hal ini pun juga dialami oleh San yang menerima kutukan yang sama dengan Ashitaka.

Dewa rusa membunuh Okkoto dan Moro, dan ditengah perubahannya menjadi Nightwalker, Eboshi menggunakan senjata apinya untuk memenggal kepala dari Dewa Rusa. Badan dari Dewa rusa mulai mengeluarkan cairan seperti darah dan apapun yang menyentuh darahnya seketika itu juga akan mati, selain itu cairan tersebut mulai membentuk tubuh Nightwalker namun tanpa kepala. Cairan tersebut seolah-olah sedang mencari kepalanya yang telah dicuri oleh Jiko-bo. Kodama-kodama mulai berguguran dimana menandakan bahwa hutan pun mati bersamanya, disaat-saat terakhirnya moro menggunakan kepalanya yang telah terpisah dari tubuhnya untuk menggigit putus lengan Eboshi (dimana merupakan hal yang ironis dimana sebelumnya Eboshi sempat berniat untuk memotong lengan Ashitaka karena melerainya bertarung dengan Sen). Ashitaka kemudian menolong Eboshi dan mencoba meyakinkan San untuk menolong dirinya mengambil kembali kepala dari Dewa rusa. Ashitaka dan San kemudian berpacu dengan waktu mengejar Jiko-bo agar badan dari dewa rusa tidak mendekati kota besi milik Eboshi agar tidak terjadi korban jiwa lebih banyak.

Pada akhirnya Ashitaka dan San berhasil mendapatkan kembali kepala dari sang dewa. Hutan-hutan dan daratan dipulihkan kembali oleh kekuatan sang dewa, dan tidak lupa menyembuhkan kutukan dari San dan Ashitaka. San pada akhirnya mengungkapkan perasaannya kepada Ashitaka dan memutuskan untuk tetap tinggal di dalam hutan karena dia masih belum bisa memaafkan perbuatan manusia terhadap hutan, dan Ashitaka akan tinggal di kota Eboshi untuk membantu membangun kembali kota tersebut yang telah luluh lantak oleh peperangan. Ashitaka berjanji kepada San bahwa mereka akan hidup bersama dan suatu saat dia akan menemui San kembali di dalam hutan. Eboshi sadar akan perbuatan dirinya dan bersumpah untuk membangun kota yang lebih baik seiring dengan hutan yang mulai tumbuh kembali.

Meskipun menceritakan 3 cerita yang berbeda, namun kita bisa memahami dengan mudah konflik yang ada di dalam ceritanya, tidak ada hal yang berbelit-belit untuk diceritakan semuanya memiliki tujuan untuk disampaikan kepada para penontonnya. Semua karakter memiliki konflik dan masalah dan pada akhir film kita bisa melihat klimaks yang cukup memuaskan sekaligus manis untuk disaksikan.

Saya cukup senang terhadap konsistensi film Princess Mononoke yang tetap berpegang pada prinsip bahwa ini adalah film aksi dan bukan film drama percintaan antar 2 sejoli yang berbeda dunia, meskipun hal tersebut bukanlah hal yang mustahil untuk ditambahkan kedalam ceritanya.  Saya tidak bilang bahwa film ini sama sekali tidak memiliki kesan romansa sama sekali, ada, namun tidak ada adegan yang seolah-olah membesar-besarkan bahwa keduanya saling jatuh cinta (look nisekoi, good ending, or whatever anime or manga you like to take as reference). Kita hanya bisa melihat bahwa karakter utama suka dengan karakter wanitanya dan begitupun sebaliknya, simple as that

Banyak misteri yang ada di dalam film ini dan membuat saya untuk menebak-nebaknya tetapi uniknya misteri tersebut juga akan terus membuat anda penasaran untuk melihat film ini. Seperti apakah Ashitaka? Apakah ia anak bangsawan? Siapa itu Jiko-bo? Apakah ia jahat? Dan siapa itu Eboshi dan mengapa wanita pada jaman itu bisa sangat berpengaruh? Lalu siapa keluarga Mononoke? Memang banyak pertanyaan yang bermunculan seperti itu dibenak anda namun hal itu tidak perlu anda khawatirkan. Meskipun terdapat informasi yang bisa menjawab pertanyaan tersebut namun hal itu disampaikan hanya melalui sepenggal atau dua penggal kalimat saja, seolah film ini memberitahu anda bahwa informasi tersebut kurang penting dan ingin anda fokus kepada kejadian yang ada sekarang bukan yang ada di masa lalu.
Sejujurnya hanya ada sedikit plot hole dalam film ini karena semua halnya mampu di visualisasikan dengan baik, anda bahkan tidak akan menyadari bahwa sebenarnya memang ada plot hole di film ini.

Karakter

Semua tokoh yang ada cukup memiliki karakter yang hidup pada jaman feudal Jepang, bahkan tokoh-tokoh utamanya pun terlihat bahwa mereka memiliki kisahnya masing-masing dan tujuan yang berbeda untuk dicapai dalam hidup mereka hal itu membuat mereka memiliki misteri yang membuat para penontonnya penasaran. Tetapi intinya karakter dalam Princess Mononoke tidak hanya semata dibuat untuk memenuhi film ini atau membuat karakter utamanya ada kerjaan saja, mereka memiliki ambisi, tujuan, membuat mereka memang ada disana. Jika anda sudah melihat filmnya pasti terlintas sebuah kesan tertentu terhadap tokoh-tokohnya, seperti apakah Jiko-bo orang baik? Apa dia pemimpin sekte tertentu? Atau pada saat anda melihat Eboshi yang pertama kali melihat dirinya sebagai orang ambisius dan egois namun ternyata adalah orang yang peduli dan melindungi orang-orangnya, bahkan ia mendapat hormat dan loyalitas dari orang-orang yang mengikuti Eboshi, tetapi ternyata pada akhirnya ia memang orang yang ambisius namun tidak egois(beda).  Hal yang terus mengganggu saya lainnya  karena Ashitaka, bagaiman tidak, lihat saja betapa mudahnya Ashitaka meninggalkan kampung halamannya begitu saja tanpa ingin kembali lagi kesana (meskipun sudah dijelaskan bahwa ia sudah diusir dari desanya, but cmon guys.. btw this is where the plot hole was for the entire movie) lebih parahnya Ashitaka memberikan kalung pemberian wanita yang bisa jadi tunangan atau wanita yang menyukai dia begitu saja kepada Mononoke yang notabene baru kenal beberapa hari saja, dan buat saya Ashitaka terlihat sebagai orang berengsek. Anda bisa menilai dari uraian saya bahwa karakter di Princess Mononoke terus berubah-ubah tergantung situasi dimana mereka berada atau hadapi, membuat setiap karakter disini unik dan tidak bisa dibandingkan satu sama lain, seperti layaknya manusia.

Dubbing

Untuk para pengisi suara atau Seiyuu versi Jepangnya saya merasa nada dari setiap karakter utamanya terdengar tegas, independen, atau memiliki pendirian sendiri. Bahkan suara Eboshi pun yang notabene perempuan tidak terdengar lemah atau gemulai, hanya dari nada suaranya saja anda bisa merasakan betapa keras karakter Eboshi dan bukanlah karakter yang tidak dibuat untuk terlihat lemah. Tidak hanya Eboshi, Ashitaka, Moro, Ottoke, dan Jiko-bo pun terdengar seperti itu yang anehnya di kuping saya terdengar sangat familiar untuk setiap intonasi suaranya ketika menggertak. Untuk San meskipun karakternya memiliki karakteristik yang sama dengan Eboshi sebagai wanita yang tangguh, namun anda bisa merasakan San yang meskipun terlihat tegar atau sangar bisa terdengar lemah layaknya wanita muda yang sedang kebingungan dan bagi saya hal tersebut terlihat imut, mungkin julukan populernya untuk karakter San adalah jenis wanita Tsundere

Tidak hanya pengisi suara dari Jepang, film ini juga dikerjakan versi Inggrisnya yang ditangani oleh Neil Gaiman sang creator dari Beowulf dan Coraline. Sebelumnya proyek ini ingin ditangani oleh Quentin Tarantino namun ia merasa bahwa film seperti ini bukan bidangnya dan menyarankan Gaiman untuk mengambil alih film ini. Neil Gaiman sangat terkesan dengan karya Miyazaki dan bertekad bahwa film yang di dubbing ini akan hidup seperti versi Jepangnya. Miyazaki pernah berkata bahwa jika penonton luar ingin mengerti dan memahami film-film darinya mereka juga harus bisa mengerti bahasa Jepang. Hal ini menjadi kenyataan bahwa Princess Mononoke versi dubbing nya tidaklah sebagus versi Jepangnya. Saya merasa dalam versi Inggrisnya suara yang dimiliki terdengar hambar dan tidak penuh semangat, seolah-olah tidak memiliki jiwa karakter didalamnya.

Animasi

Animasi yang ditampilkan dari Princess Mononoke sangat bagus dan memikat mata untuk dilihat, detail yang ada disepanjang film sangat mengesankan. Saya sangat menikmati setiap gambar animasi yang ada di film ini dan membuat saya terpukau karena setiap detail kecil diperhatikan. Anda seolah bisa melihat sekaligus merasakan kerja keras dan keringat yang dikeluarkan untuk film ini dan hasilnya sangat memuaskan. Terdapat 144.000 ribu frame gambar yang digambar dengan tangan dan 80.000 diantaranya digambar atau disketsa ulang oleh Hayao Miyazaki sendiri, karenanya Princess Mononoke membutuhkan waktu 3 tahun untuk rampung. Hayao Miyazaki memiliki prinsip agar semua film animasinya sedikit mungkin untuk memanfaatkan teknologi dan ia lebih senang menggambar dengan tangan frame demi frame, namun untuk mendapatkan pemandangan dan animasi yang lebih kuat dia mau tidak mau harus memanfaatkan gambar render 3 dimensi untuk beberapa adegan, seperti yang terlihat hanya ada sekitar 10% dari gambar render tersebut dalam film ini.

Pemandangan dalam Princess Mononoke. Studio Ghibli


Pemandangan dalam Princess Mononoke(2). Studio Ghibli


Seperti saya bilang bahwa film ini memiliki detail gambar yang luar biasa dan hal tersebut tidak lepas juga dari Hayao Miyazaki, ia melihat dan memeriksa semua cell yang dibuat oleh para asistennya sampai benar-benar masuk kedalam filmnya. Semua karakter di pajang disebuah papan yang besar agar semua animatornya bisa menjadikan hal tersebut refrensi dan memastikan bahwa animasi visul dari film ini memiliki konsisteni, jangankan desain karakternya bahkan sampai anak panahpun memiliki desain sendiri yang harus diikuti oleh para animatornya.  Determinasi yang luar biasa ini patut diacungi jempol, bahwa Miyazaki ingin menampilkan yang terbaik dan bukan karya asal-asalan yang dibuat hanya untuk mendapatkan uang semata.

Gambar yang terpajang dipapan ini nantinya digunakan para animator sebagai bahan refrensi. Studio Ghibli.


Bahkan anak panahpun memiliki desainnya sendiri. Studio Ghibli.


Musik

Musik yang disini juga tidak bisa dilewatkan. Terdengar aneh rasanya bahwa film dari Studio Ghibli tidak memiliki soundtrack yang memorable. Music yang ada dalam Princess Mononoke cukup mudah didengar dan sangat sesuai dengan tema yang ada. Semua suasana dalam filmnya bisa pas dengan latar belakang music yang dimainkan, bahkan leitmotif yang dimainkan di beberapa karakter bisa menyatu dengan karakternya (favorite saya adalah Legend of Ashitaka yang dimana menjadi musik utama dari film ini). Music yang ada dalam Princess Mononoke bisa membawa emosi anda seiring dengan situasi yang terjadi dalam filmnya, anda bisa terbawa suasana dengan sekilas mendengar musik yang ada dalam film ini karena memang sangat-sangat memorable dan cukup sulit untuk dilupakan begitu saja. Joe Hisaishi memang sudah menjadi langganan dari Studio Ghibli dan mungkin tidak terdengar asing bagi anda yang memang menyukai film dari Hayao Miyazaki. Ia adalah salah satu composer terbaik yang ada di Jepang sejajar dengan Nobue Uematsu bagi saya.

Joe Hisaishi, Komposer dari Princess Mononoke. via fareastfilm.com

Overall

Princess Mononoke is an anime that would literally will Blow your mind away. Dengan animasi yang memukau, desain yang sangat detail, karakter yang unik, cerita yang mudah untuk diikuti, musik yang manis dan nyaman untuk di dengar, tidak akan membuang waktu anda sama sekali. Princess Mononoke adalah film yang bisa anda tonton sendiri atau tonton dengan orang terdekat anda, dan bagian serunya anda bisa membicarakan atau memikirkan filosofi dari film ini dengan diri anda sendiri atau dengan orang-orang yang sudah menontonnya.
Skor : 9.4

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.