Header Ads

'Headshot' Review - Brutal!!


Headshot adalah film aksi yang di sutradarai oleh the mo-brothers, 2 sutradara yang terkenal film-filmnya yang gore dan penuh darah. Beberapa karya mereka cukup sukses seperti Rumah Dara / Macabre, dan Killers, mereka juga ikut serta dalam pembuatan “The Raid: Redemption (2011)” yang sempat meledak di jajaran sinema Indonesia. Hebatnya lagi sang kakak yaitu Timo Tjahjanto adalah salah satu dari 26 sutradara yang ikut menggarap film horror bernama ABC of Death (2012)” dengan huruf L dari LIBIDO yang meskipun hanya film pendek namun tentunya tergolong fucked up, like seriously.

Kali ini Mo Brothers tidaklah menggarap film horror tetapi film action-thriller yang dibintangi oleh artis Indonesia papan atas seperti Iko Uwais, Julie Estelle, Chelsea Islan, Zack Lee, dan Sunny Pang, dan pastinya dengan ciri khas mereka dimana film ini bakal banjir darah.

Plot

Ceritanya dimulai dengan cukup brutal, dimana seorang tahanan misterius (Sunny Pang) yang sangat berbahaya berhasil meloloskan diri dengan mengorbankan tahanan lainnya dari penjara dengan tingkat pengamanan cukup ketat. Adegan selanjutnya menceritakan seorang dokter muda dari Jakarta bernama Ailin (Chelsea Islan) yang kelihatannya sedang magang disebuah daerah terpencil di Batam, dan disana ia menangani seorang pasien misterius (Iko Uwais) yang memiliki luka dikepalanya dan berada dalam status koma. Singkat cerita, pasien tersebut bangun dan ternyata mengalami amnesia parah akibat luka yang ada dikepalanya, Ailin yang bingung kemudian memberi pasien tersebut nama Ishmael yang terinspirasi dari buku novel legendaris Moby Dick, sang pasien tentunya tidak keberatan diberikan nama oleh dokter manis bak bidadari.

Ailin dan Ishmael. ( via New Trailer Buzz / Youtube Trailer)

Tahanan yang lolos sebelumnya muncul kembali dan bertransaksi senjata dan narkoba oleh sekelompok penjahat, tahanan tersebut ternyata adalah Lee penjahat legendaris yang memiliki julukan terkenal yaitu “Setan Laut”. Tidak terima bahwa senjatanya adalah buatan cina dan mudah rusak, mereka yang menang jumlah mengancam Lee tidak akan keluar hidup-hidup dari sana. Hanya bermodalkan 2 orang saja, Rika dan Tejo (Julie Estelle dan David Hernawan), Lee bersama anak buahnya dengan mudah menyapu habis komplotan penjahat tersebut. Berdasarkan informasi yang diterima oleh salah satu orang disana, ternyata Ishmael memiliki hubungan misterius dengan Lee.

Dengan maksud misterus untuk membunuh Ishmael, Lee kemudian mengirimkan orang-orangnya untuk mencari Ishmael, dan Dokter Ailin yang tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi harus terlibat dalam tragedi berdarah dan diculik oleh orang-orang Lee. Ishmael yang mengetahui bahwa penyelamatnya dalam keadaan bahaya, kemudian berusaha menyelamatkan Ailin sekaligus membuka kembali tabir masa lalunya yang penuh darah.

Sebenarnya saya sedikit mengharapkan bahwa cerita dalam film ini terdapat Psychological Thriller seperti film mereka ‘Killers’ (2014), namun hal itu tidak menjadi kenyataan dan ceritanya dibuat jauh lebih sederhana dari yang saya harapkan, alasannya mungkin karena film ini memang dibuat murni sebagai film silat Indonesia dan cerita yang berat mungkin saja akan merusak esensi dari filmnya itu sendiri. Hanya dengan melihat dari trailer film ini, dimana motif dari pemeran utamanya sudah terlihat cukup klise, menunjukkan bahwa kekuatan utama dari film ini memang bukan dari plot ceritanya, namun dari aksi-aksi bertarungnya yang menegangkan.

Biar simple namun ‘Headshot’ bisa menampilkan alur yang stabil dan konsisten terhadap apa yang mau disampaikan kepada penontonnya, yaitu mengetahui masa lalu Ishmael dan proses dalam menyelamatkan Ailin. Ceritanya yang sederhana membuat penonton fokus terhadap masalah yang dihadapi oleh Ishmael juga Ailin yang sama-sama berjuang untuk mempertahankan hidup dari bajingan – bajingan yang telah menculik dirinya.

Blood’s Every Where!

Soal pertarungan dan adegan gulat disini bisa dibilang adalah daya tarik sekaligus kekuatan utama dari filmnya. Meskipun tidak memiliki genre horror, atau slasher, tetapi kita bisa tetap merasakan ketegangan dan kengerian yang dicoba ditampilkan melalui adegan-adegan pembantaiannya yang keji, atau cara membunuhnya yang sadis. The Mo Brothers berhasil memberikan kita film aksi Indonesia lain yang penuh darah dan brutal jika menyangkut menghabisi nyawa orang.

Dalam ‘Headshot’ pertarungannya lebih banyak memperlihatkan perkelahian 1 lawan 1 ketimbang melawan musuh dalam jumlah banyak. Biar lebih banyak menampilkan duel, namun keseruan bagaimana Ishmael menghabisi lawan-lawannya akan anda rasakan sepanjang film. Pertarungan maut antar 2 orang disetiap adegan ‘Headshot’ dikoreografikan dengan begitu rapih sehingga lebih mudah mengikuti pukulan demi pukulan yang ada, kebringasan bagaimana cara orang-orang dalam film ini menghabisi satu sama lain mampu membuat adrenalin terpacu dan cukup sadis untuk disaksikan. Karena jika tidak sadis merupakan sesuatu yang aneh dari film yang lahir dari tangan duo saudara psikopat ini.

Pertarungan Ishmael dengan orang-orang Lee. (via cityonfire)

Mengenai adegan gulatnya sebenarnya tidak jauh berbeda dengan ‘The Raid’ dimana pencak silat adalah salah satu bela diri yang mengisi film ini, apalagi disini Iko Uwais yang menjadi pemeran utamanya, meskipun begitu ‘Headshot’ memiliki cara yang unik dalam membawakan silat tanah air ini melalui Iko Uwais. Yang unik adalah bagaimana cara Ishmael bertarung pertama kalinya diawal film dan terus berkembang kemampuannya sampai akhir. Hal ini karena Ishmael adalah orang yang memiliki amensia parah, dan jika tiba-tiba ia memiliki kemampuan pencak silat maka konsep amnesia itu akan diragukan. Kemampuan Ishmael terus berkembang seiring dengan ingatannya yang kembali satu persatu, semakin ia ingat masa lalunya ia semakin mantap dalam menghajar orang.

Ishmael. (via Tiff)

Tentunya ‘Headshot’ tidak hanya membawa pencak silat saja untuk menghiasi film ini. Sunny Pang berhasil membawa bela diri asal tiongkok dengan sangar disini. Tidak hanya penampilannya yang terlihat kejam, melalui cara ia bertarung membuktikan bahwa julukan yang diberikan kepada dirinya memang bukanlah isapan jempol belaka. Bayangkan saja karena menurut saya, yang membuat sosok Lee seram bukanlah dari pengaruh atau senjata api yang ia pegang, namun bagaimana ia menggunakan kedua tinjunya untuk menghabisi orang adalah sesuatu yang pantas untuk ditakutkan.

Lee “Setan Laut”

Sunny Pang yang memerankan Lee adalah salah satu karakter utama yang membuat film ini menjadi jauh lebih menarik. Sosoknya yang misterius, keji, dan mengintimidasi, hanya dari kehadirannya saja membuat kita ingin mengetahui lebih dalam seperti apa masa lalu yang ia miliki dan terror yang telah ia sebabkan sebagai kriminal paling ditakuti. Biar banyak yang mengatakan bahwa sosok Lee adalah bangsat, namun kata tersebut tidak bisa menggambarkan kebusukan atas tindakan Lee selama ini yang memang pantas untuk dijatuhi hukuman mati.

Ketimbang menampilkan sesosok penjahat kelas maniak atau banyak omong, Lee terkesan diam tetapi kejam, sosoknya yang bisa dikatakan cukup untuk mengintimidasi menurut saya memang pas untuk sebagai tokoh jahat. Akting Sunny Pang menampilkan sosok Lee yang tanpa ekspresi, pandangannya yang dingin itu yang membuat Lee seolah tidak memiliki simpati sedikitpun terhadap orang lain. Sunny Pang yang hanya menampilkan sedikit emosi disini entah memang tuntutan sutradara atau itu memang cara ia memerakan peran jahat, saya pun tidak tahu alasannya.

Lee "Setan Laut" (Liputan 6)

Adegan awal dimana ia diperkenalkan dalam film adalah salah satu momen yang cukup memorable untuk saya. Bagaimana ia memanfaatkan tahanan lain untuk lolos sudah cukup memberitahu bahwa ia adalah orang sosipat, kurang empati terhadap orang lain dan hanya peduli terhadap dirinya sendiri. Terbukti bagaimana ia diceritakan sebagai sosok legenda yang ditakuti oleh penjahat lainnya, dimana dirinya seperti sosok dongeng yang super misterius dimana tidak ada seorangpun yang tahu siapa dirinya yang sebenarnya. Menurut saya sendiri, poin dimana ia diceritakan melalui cerita dan rumor merupakan sebuah kelemahan. Cerita-cerita itu seolah membangun ekspetasi teralu tinggi terhadap karakter Lee, hingga akhir filmnya saya malah merasa bahwa Lee hanya seperti penjahat underground biasa yang memiliki beberapa pengikut setia saja. Sosoknya yang memiliki kekuasaan dan persona seperti Kingpin namun difilmnya tidak bisa membuktikan bahwa ia memang man of power seperti banyak rumor pada dirinya. Ia memang kejam, dingin, dan sadis, tapi sosoknya yang dibangun melalui cerita-cerita difilmnya menurut saya teralu muluk untuk karakter ini.

Beautifully Kick Ass

Saya akui bahwa salah satu alasan utama saya menonton film ini karena ada 2 artis wanita favorit saya, yaitu Jullie Estelle yang memerankan Rika, dan Chelsea Islan yang memerankan Ailin. Keduanya tidak hanya memiliki paras cantik namun jika soal akting mereka adalah salah satu yang serius dalam memerankan perannya. Dalam ‘Headshot’ tidak ada istilah wanita lemah, feminim, atau lemah lembut, jika waktunya berkelahi mereka akan berkelahi. Mereka setidaknya tidak bergantung pada pangeran tampan yang suatu saat akan menyelamatkan mereka, apalagi Ishmael yang menjadi pangeran disini harus bertarung mati-matian dari orang-orang Lee.

Chelsea Islan yang tadinya merupakan mahasiswa kedokteran yang manis berubah 180° penampilannya menjadi dekil, dan berantakan. Film ini setidaknya masih menggunakan akal sehat ketimbang film yang memperlihatkan korban penculikan masih mengenakan make-up sampai diselamatkan. Hal ini juga sama dengan sosok Rika yang diperankan Julie Estelle, dimana anda jangan tertipu dengan wajah anggunnya sampai anda melihat sendiri bagaimana ia menghabisi orang. Ini adalah kedua kalinya saya melihat Julie Estelle bermain dalam film aksi dan saya 2 kali juga dibuat terkesan oleh dirinya, ia membuktikan bahwa dia adalah salah satu dari sedikit artis Indonesia yang bisa mengambil peran untuk beradu pukulan dengan lawan mainnya.

Overall

‘Headshot’ membuktikan bahwa film aksi masih bisa sukses besar di Indonesia apalagi pada tahun 2016 dimana film Indonesia yang laku keras didominasi oleh genre komedi atau romance. Suasana di ‘Headshot’ entah kenapa terasa seperti film ‘The Raid’ meskipun dari segi cerita dan pembawaannya memang berbeda. Cerita dalam ‘Headshot’ memiliki alur maju mundur, dimana terdapat beberapa flashback untuk menceritakan masa lalu dari Ishmael kepada para penontonnya. Flashback tersebut tidak ditampilkan secara berlebihan dan tidak mengambil begitu banyak dari filmnya, plotnya tetap fokus terhadap 1 masalah dan tidak melebar selain menyelamatkan Ailin sebagai tujuan utamanya.

Sunny Pang yang memerankan tokoh Lee disini mendapatkan screen time yang pas dan saya puas melihat performa aktor asal Singapura itu bermain di film ini. Sunny Pang berhasil memperlihatkan karakter yang dingin, kejam, misterius, dan tidak banyak omong untuk karakter Lee yang begitu mengintimidasi sejak awal film. Selain itu Lee adalah salah satu karakter jahat dimana mampu membuat film aksi menjadi jauh lebih menarik untuk diikuti.

The Mo Brothers tetap menampilkan ciri khas film mereka melalui pertarungan yang brutal dan penuh darah. Adegan pertarungan dalam ‘Headshot’ yang meskipun didominasi oleh pertarungan 1 lawan 1 bisa ditampilkan dengan intense oleh para pemainnya. Ishmael yang diperankan oleh Iko Uwais tentunya tetap menggunakan bela diri khas aktornya yaitu pencak silat, namun karakter Ishmael yang sedang mengalami amnesia tidak semata-mata langsung menampilkan kegarangan dari pencak silat, terdapat proses dimana gaya bertarung Ishmael semakin membaik seiring dengan kembalinya ingatan yang hilang.

‘Headshot’ meskipun banyak lubang dalam ceritanya dan trailernya teralu banyak mengumbar inti cerita tetapi 'Headshot' memiliki kekuatan utama dari persona karakter dan aksi bertarung yang menegangkan.


Overall 7.3 / 10

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.