Header Ads

"Parasite (2019)" Review: Sebuah Ketergantungan Untuk Hidup



Pernahkah anda melihat atau merasakan sebuah kesenjangan pada momen-momen tertentu? Melangsungkan hidup dengan susah payah hanya untuk mengharapkan menerima gaji kecil yang diberikan dari orang lain, selalu mencari hal-hal yang geratis untuk memenuhi kebutuhan sampingan atau hanya sekedar berhemat semata, atau selalu menggunakan kata-kata manis dan pujian hanya agar atasan menyukai anda. Semua itu bisa anda temukan disini (Parasite) yang merupakan karya terbaru dari sutradara Bong Joon-Ho yang karya-karyanya sudah diakui seperti Snowpiercer (2013), Okja (2017), Memories of Murderer (2003), The Host (2006), dan Mother (2009). Biaya yang dibutuhkan untuk membuat film satu ini memakan biaya produksi yang cukup fantastis, sekitar 13-15 Miliar Won atau setara dengan 150 Miliar Rupiah lebih. Bisa dibilang ini merupakan film dari Bong yang seluruh cast utama-nya kembali menggunakan pemain-pemain dari negara asalnya Korea Selatan setelah sekian lama. Bong kali ini membawa beberapa pemain yang pernah berkolaborasi dengannya dahulu seperti aktor muda Choi Wo Shik yang pernah ikut dalam film Okja, dan Song Kang-ho yang sudah beberapa kali memerankan peran utama dari film-film Bong. Filmnya kali ini bong menghadirkan tema akan sebuah status sosial yang dimana takdir bisa mempertemukan dua kehidupan yang saling bersebrangan ini menjadi sebuah film yang penuh intrik dan menarik.


A D V E R T I S E M E N T


Sinopsis

Menceritakan tentang sebuah kehidupan dari keluarga Kim Ki-taek seorang supir pengangguran yang tinggal disebuah basement kumuh bersama keluarganya yaitu, sang istri Chong-sook, putra pertamanya Kim Ki-woo, dan putri bungsunya Kim Ki-jung. Sehari-hari Kim dan keluarganya dikejar deadline untuk melipat kotak pizza yang menjadi sumber pemasukan utama mereka pada saat itu.



Suatu hari Min, teman dari Kim Ki-woo yang merupakan seorang mahasiswa menawarkan Ki-woo pekerjaannya sebagai guru les privat dikeluarga Park yang tergolong elite. Min meyakinkan Ki-woo yang sempat kurang percaya diri karena pendidikannya yang rendah dan status sosialnya, menjamin Ki-woo akan diterima dengan merekomendasikannya kepada boss-nya, nyonya Park yang ia nilai orangnya cukup lugu. Dengan bantuan adik perempuannya Ki-jung untuk memalsukan dokumen akademiknya, Ki-woo berangkat menuju ke kediaman keluarga park yang super elit. Disana ia di interview dan harus meyakinkan Nyonya Park, bahwa dirinya merupakan pengganti yang tepat untuk mengajar putrinya Da-hye. Beruntung nyonya Park tidak begitu peduli dengan status atau dokumen akademik milik Ki-woo, dan ia terkesan dengan cara mengajar Ki-woo terhadap putrinya.



Setelah diterima dirinya secara tidak sengaja melihat lukisan yang dibuat oleh putra Bungsu keluarga Park, Da-song, putra bungsu keluarga Park. Melalui lukisan tersebut Ki-woo mengarang-ngarang akan seni artistik, dan menyarankan nyonya Park untuk mengembangkan jiwa seni putra bungsunya tersebut dengan merekomendasikan seorang guru seni yang tidak lain adalah adiknya sendiri, Ki-jung. Setelah itu keduanya memanfaatkan keluguan dari Nyonya Park dengan menyusun sebuah skenario besar agar ayah dan ibu mereka bisa bekerja disana. Mampukah satu keluarga ini mengelabui keluarga Park dan mempertahankan sandiwara mereka? Kebenaran dan rahasia apa yang mereka ungkap disana? Semua misteri tersebut akan anda temukan difilmnya.

Tetap Fokus, dan Berkembang

Parasite merupakan sebuah film yang ceritanya menyorot akan ketimpangan sosial dan aksi kreatif nan jenaka orang-orang yang hidup dalam kondisi yang sulit berusaha mendapatkan uang dengan memanfaatkan segala cara yang ada. Ini bukan kali barunya Sutradara Bong membuat film yang menyinggung akan sebuah struktur sosial, dirinya sempat membuat hal serupa seperti difilmnya Snowpiercer (2013). Meski tema besarnya mengangkat konsep akan kelas sosial, Bong menggunakan pendekatan yang berbeda jika dibandingkan dengan film-film yang mengangkat tema serupa. Kebanyakan film-film yang mengangkat tema sosial pasti erat hubungannya dengan hal-hal berbau romansa atau serba inspiratif dimana tokoh utamanya pasti digambarkan serba sempurna. Cerita film dalam Parasite tidak mengambil tema yang umum seperti itu, justru apa yang dilakukan tokoh utamanya sejak awal film bisa dibilang salah. Bong tidak membuat karakter-karakternya muluk atau menjadi manusia yang serba lurus, sempurna secara moral dan etika sehingga ketika saya melihat film ini pertama kalinya, saya merasa seperti melihat karakterisik manusia sesungguhnya disana membuat filmnya sendiri hidup.










Selain itu, apa yang saya temukan menarik dari film-film karya sutradara Bong ini terletak bagaimana ia menangkap momen-momen yang ada di filmnya menggunakan prespektif yang jarang digunakan oleh film film-film mainstream. Jika film-film pada umumnya lebih tertarik dengan menciptakan sebuah emphasis dengan sudut close-up untuk menangkap ekspresi pemainnya, justru Bong lebih menggunakan wide-shot yang tidak hanya bisa menangkap ekspresi para pemainnya, namun juga bisa menempatkan seluruh tokohnya dalam 1 frame dimana setiap tokoh memiliki momen uniknya tersendiri dan perhatian penonton bisa diarahkan ke berbagai kejadian yang bisa terjadi suatu waktu dalam satu adegan saja. Teknik direksi ini lah yang digunakan sutradara Bong untuk mengeksposisikan alur cerita dalam kebanyakan filmnya. Bong disini juga tidak melupakan latar belakang yang menjadi detail yang unik bagi sutradara ini, banyak hal yang bisa anda tangkap dalam satu adegan membuat filmnya bisa dinikmati dan tidak membosankan meski mengangkat tema yang cukup berat.

Untuk ceritanya, film Parasite bisa dikategorikan sebagai film yang genrenya berubah dan berkembang seiring berjalannya cerita. Filmnya bisa menghadirkan suasana seperti komedi, thriller, atau drama kelas sosial, menjadikan filmnya sulit untuk ditebak, dan seolah terus berevolusi menjadi sesuatu yang sangat mengagumkan dan tidak terduga untuk dilihat. Ketika saya melihat filmnya, tergolong ringan dan santai, justru malah terlihat seperti drama komedi yang cocok untuk dilihat oleh keluarga. Namun semakin berjalannya film, kita akan dibawa ke suasana atau situasi yang bermacam-macam, ada yang bisa bikin bulu kuduk merinding, ada yang bisa bikin anda tertawa terpingkal, ada juga adegan yang membuat hati tersayat dan sedih, atau suasana yang menegangkan sampai anda harus menahan nafas ketika melihatnya. 

Yang paling berkesan untuk saya adalah ketika dimana Bong juga menambahkan suasana suspense yang ia khususkan pada sebuah adegan. Suasana suspense dalam adegan tersebut merupakan salah satu jenis adegan yang memiliki konsep berpacu dengan waktu, dimana terdapat konflik dan usaha keluarga Kim untuk menutupi kebohongan mereka selama ini terhadap keluarga Park. Adegan ini mampu membuat segmen yang sebelumnya ringan dan comedical berubah menjadi mencekam dan menegangkan yang dimana penempatan alurnya sangat di eksposisikan dengan baik menjadikan perpindahan antara satu adegan dengan adegan lainnya terhubung dengan sangat mulus. Jelas Bong telah menyusun skema dari adegan suspense ini dengan baik, karena dari adegan itu kita bisa diperlihatkan secara bertahap akan rahasia gelap yang disembunyikan dari rumah mewah keluarga Park. Ada juga filmnya menghadirkan suasana supernatural meski hanya dihadirkan secara subtle dan tidak terang-terangan, namun bisa membuat penontonnya berkolerasi akan hal mistis tersebut terhadap semua kejadian yang dialami oleh semua anggota keluarga Kim.




Biar tergolong film yang punya banyak tema dan menghadirkan suasana film yang bermacam-macam. Bong tahu jelas apa yang ingin disampaikan dari film ini kepada para penontonnya, tanpa menambahkan hal-hal yang berlebihan atau gimmick belaka. Semua segmen adegan terdapat konsepnya yang matang dan secara konsisten akan mengarah dari satu adegan ke adegan lainnya sampai mencapai klimaks yang ingin dicapai pada akhir filmnya. Banyaknya hal yang bisa di dapat dalam film Parasite menjadikan film ini terasa begitu menyenangkan untuk dinikmati sepanjang ceritanya, seolah kita dibawa tidak hanya untuk menyaksikan sebuah film semata, namun juga bisa melihat kehidupan 2 golongan sosial yang saling terhubung dengan cara yang kreatif.

Untuk drama sosialnya, sepertinya sutradara Bong juga ingin merepresentasikan bagaimana sebuah hubungan antara kaum kelas bawah dengan kelas elite yang diwakilkan melalui keluarga Kim dengan keluarga Park, dimana uniknya jumlah anggota keluarga masing-masing berjumlah sama yaitu 4 orang. Terdapat simbolisme dan makna dibalik setiap kata-kata atau dialog karakternya, seperti kata-kata dari istri Kim Ki-taek, Choong-sook, yang mengatakan jika “mereka (keluarga Park) baik karena mereka kaya”, atau sang nyonya besar (Park) yang mulai mempermasalahkan bau badan dari kepala keluarga Kim tapi hanya berani bicara dibelakang. Menyadarkan saya jika sang sutradara lebih fokus terhadap sifat sinisme dan betapa munafik karakter-karakternya disini. Meski ada sedikit nuansa romansa dalam filmnya, namun Parasite tidak mengembangkan lebih romansa tersebut ke arah yang lebih serius.




Uniknya jika dalam film kebanyakan sering kali menunjukkan karaktersitik orang-orang elite atau kaya yang angkuh, arogan, sombong, egois, dan serba negatif langsung dihadapan tokoh utamanya untuk sekedar membangun kesan antagonis, namun hal ini tidak dilakukan dalam film Parasite. Munafik adalah karaktersitik kuat yang digunakan oleh sutradara Bong untuk menyembunyikan sinisme atau sifat negatif dalam setiap tokoh dan lawan mainnya. Karakternya tidak begitu saja menunjukkan sifat asli mereka jika keduanya (anggota keluarga Park dan Kim) bertemu dalam satu adegan, ada sebuah topeng yaitu kemunafikan yang menyembunyikan sinisme mereka untuk agenda mereka masing-masing. Hingga mereka dihadapkan pada situasi yang tidak bisa mereka hindari, filmnya membuka topeng mereka satu persatu dihadapan satu sama lainnya yang mengarah ke sebuah tragedi diantara kedua keluarga ini. Inilah yang menjadikan Parasite sebagai film yang bisa menghadirkan kualitas drama terbaik tahun ini.

Sedikit Pemeran Namun Penuh Tujuan dan Efisien

Film Parasite tergolong film yang tidak menggunakan aktor banyak untuk memerankan tokoh-tokoh pentingnya. Meski begitu porsi yang diberikan entah itu dalam bentuk dialog atau screen time semuanya terasa sangat pas. Semua karakternya punya tujuan yang jelas, tidak kehilangan arah, dan tetap relevan sampai akhir film. Prespektif filmnya juga kadang berganti menjadikan sudut pandang filmnya tidak hanya berdasarkan tokoh utamanya saja namun juga berdasarkan sudut pandang dari tokoh-tokoh lainnya. Para pemerannya diberikan dialog yang menarik dan padat, juga mampu menghadirkan kualitas akting yang mengesankan. Setelah sekian lama membuat film-film dengan skala dan menggunakan pemain internasional, film Parasite merupakan titik balik bagi sutradara Bong untuk kembali membuat film yang menggunakan bahasa dan pemain dari negeri kelahirannya sendiri yaitu Korea Selatan.




Kali ini Bong kembali berkolaborasi kembali dengan partner lamanya Song Kang-ho, aktor yang dulu sering lalu lalang dalam film-film dari Bong. Song Kang-ho disini berperan sebagai Kim Ki-taek, seorang kepala keluarga Kim dan merupakan pensiunan supir taxi. Biar tetap berperan sebagai protagonis, kali ini Kang-ho tidak berperan sebagai pemeran utama dari film Parasite, namun lebih ke arah pemeran pendukung. Meski begitu karakter dari Kim Ki-taek merupakan salah satu karakter dengan perkembangan karakter yang sangat luar biasa, dan filmnya bisa mentransisikan karakter dari Kim Ki-taek yang sebelumnya hanya sebagai pemeran pendukung menjadi karakter yang bisa mengambil poros utama dari film Parasite. Song Kang-ho bisa memerankan karakter yang sekilas karakter yang ia perankan kali ini hanya untuk comedic relieve semata dan tidak begitu kompleks, tetapi ternyata filmnya menyimpan tujuan yang jauh lebih besar dan sakral terhadap perkembangan ceritanya. Seiring berjalannya cerita seolah ada sesuatu yang tumbuh didalam karakter Kim Ki-taek, seperti dendam dan luapan berbagai emosi campur aduk yang tidak bisa lagi dibendung. Parasite menghadirkan amarah dari Kim Ki-taek secara mengejutkan sekaligus bisa menarik simpati dari penontonnya, didukung dengan suasana yang tiba-tiba sunyi dan menjadi hening mampu membuat saya berhenti bernafas sejenak. Dengan kualitas akting yang spektakuler dari Song Kang-ho kita juga bisa merasakan apa yang dirasakan oleh karakternya.




Bong juga kembali membawa aktor muda Choi Woo-shik, yang dulu juga pernah memerankan filmnya Okja pada tahun 2017. Bagi kalian yang pernah melihat ‘Train to Busan’ mungkin kalian juga akan cukup familiar dengan aktor satu ini. Kali ini Choi Woo-shik mendapatkan jatah peran utama sebagai Ki-woo, anak sulung dari keluarga Kim. Sebagai tokoh utama, prespektif filmnya sebagian besar tentu akan berfokus dalam karakter Ki-woo, meski filmnya juga akan bertransisi ke prespektif karakter lainnya terutama sang ayah Kim Ki-taek. Karakternya kali ini merupakan sesosok anak muda yang cerdas meskipun tidak memiliki pendidikan yang tinggi seperti teman-temannya. Cerdas disini dalam artian karena sifat karakternya yang juga ambisius dan oportunis berhasil menipu keluarga Park dengan dalih sebagai guru les privat bahasa inggris kelas atas, namun juga mampu menyusun rencana besar agar keluarganya bisa bekerja dalam keluarga Park dengan menyingkirkan orang-orang lamanya. Dari skema besarnya ini kita diperlihatkan jika Ki-woo juga merupakan anak muda yang berpegang pada prinsip yang cukup kuat dimana hidup harus terencana untuk bisa bertahan hidup. Prinsip ini yang nantinya akan digunakan filmnya sebagai dasar perkembangan tokoh Ki-woo, dimana prinsip Ki-woo ini sendiri juga akan dihantam dengan berbagai tragedi dan persoalan yang terjadi di sepanjang filmnya sehingga apa yang dihadapi oleh Ki-woo sepanjang film akan merubah dirinya secara utuh. Meski terdengar sebagai anak yang licik, namun karakternya ternyata punya dasar yang baik, terbukti dimana Ki-woo bisa bersimpati meski orang tersebut merupakan ancaman terhadap rencana besarnya. Choi Woo-shik meski tergolong aktor muda juga bisa menghadirkan akting yang tidak kalah dengan aktor/aktris seniornya, ia bahkan bisa beradu akting yang cukup memikat bersama dengan mereka.

Lalu kita lihat pada wanita-wanita keluarga Kim, diperankan oleh Park So-dam sebagai Ki-jeong anak perempuan paling bungsu di keluarga Kim, dan Hyae Jin Chang sebagai Choong Sook sosok ibu dikeluarga Kim. Saya cukup puas bagaimana Bong menempatkan kedua tokoh ini dalam filmnya, dimana biasanya sosok ibu atau saudara perempuan sering kali dijadikan kompas moral agar tokoh utamanya menemukan jalan yang benar. Namun di Parasite justru ibu dan saudara perempuannya malah ikut-ikutan rencana besar sang kakak untuk menipu keluarga Park dengan bekerja disana demi mendapatkan uang sebanyak-banyaknya. Park So-dam artis muda yang memerankan Ki-jeong bisa menghadirkan karakter perempuan muda yang manis, namun cuek, tidak ambil pusing, dan tomboy. Saya cukup terkesan dimana Park So-dam bisa menghadirkan karakter yang liar dan feminim dalam filmnya. Untuk sang ibu sepertinya tidak perlu diragukan kembali bagaimana artis senior, Hyae Jin Chang, membawakan karakter sang ibu Choong Sook disini. Sang ibu Choong Sook memiliki karakter yang sama-sama rusaknya dengan suami dan anaknya, namun tetap bisa bersimpati dan sosok keibuan yang muncul jika sudah menyangkut keluarganya. Choong Sook juga diperlihatkan sebagai sosok ibu yang tangguh, namun ketangguhan tersebut ada batasnya dan saya cukup puas bagaimana Park So-dam menampilkan breaking point dari karakter tersebut.




Keluarga Park merupakan keluarga elite yang dimanfaatkan oleh keluarga Kim untuk mendapatkan uang dengan bekerja disana. Keluarga ini terdiri dari sang istri Yeon-kyo (Cho Yeo-jeong), Mr. park (Lee Sun Gyu), putri sulung mereka Da-hye (Jeong Ji-so), anak laki-laki bungsunya Da-song (Jeong Hyun-joon), dan asisten rumah tangga mereka Moon Gwang (Lee Jeong-eun). Keluarga ini sebenarnya tidak jahat, bukan tipikal keluarga jahat seperti yang sering kamu temui di drama atau sinetron, malah terlihat seperti keluarga yang baik-baik saja. Sang ibu yang mudah percaya dengan omongan orang, anak perempuan yang kasmaran dan kurang perhatian, dan sang ayah dengan tingkat ego yang tinggi. Tetapi ada satu kesamaan antara pasangan suami istri keluarga Park satu ini, yaitu mereka naif. Filmnya sebagian besar akan berporos bagaimana kehidupan keluarga ini mempengaruhi keluarga Kim dan bagaimana kehidupan keluarga Park terpengaruh dari orang-orang sekitarnya. Kualitas akting yang diperankan oleh setiap aktor/artis dalam keluarga ini juga cukup tidak membosankan dan menghibur, banyak dialog yang bisa anda tangkap untuk mengenal jauh latar belakang akan keluarga ini.




Diantara semua orang yang tinggal dalam kediaman keluarga Park, karakter Moon Gwang yang memiliki kejutan dan perubahan yang tak terduga untuk filmnya. Aktris yang memerankan tokoh ini yaitu Lee Jeong-eun bisa menampilkan sosok Moon Gwang yang awalnya merupakan asisten rumah tangga untuk kalangan atas dan begitu profesional dalam pekerjaannya menjadi sosok yang sangat berbeda dan berbanding terbalik dengan sosok yang diperlihatkan pada awal film. Saya kaget sekaligus kagum bagaimana filmnya bisa menyampaikan karakter satu ini secara tidak terduga, menjadikan keluarga Kim sebagai bukan satu-satunya yang menyimpan rahasia saja, namun entah dari mana datangnya ternyata ada tokoh yang menyimpan rahasia jauh lebih besar dan gelap dibandingkan dengna mereka. Karakter yang awalnya terlihat seperti tokoh sampingan saja tiba-tiba menjadi tokoh penting yang membuat filmnya mampu bertransisi ke tingkat selanjutnya.


A D V E R T I S E M E N T


Verdict
Bong kembali menghadirkan film garapannya tanpa menghilangkan trademark bagaimana ia mengarahkan film, dan penulisan ceritanya yang solid membuat film ini memang layak untuk menang dalam ajang penghargaan film terbaik di Palme d’Or. Arah cerita dalam filmnya tidak kehilangan arah dan pijakannya sampai akhir, bahkan Bong bisa menghadirkan berbagai varian tema dari komedi, drama sosial, hingga menjadi suspense-thriller, membuat cerita filmnya sulit untuk ditebak dan melebihi ekspektasi penontonnya. Meski pemeran utama dalam filmnya kali ini tergolong sedikit, Bong tidak kesulitan untuk membangun narasi yang berbobot dan menarik untuk diperhatikan. Narasi dan dialognya ini diperkuat dengan kualitas akting para pemainnya yang tidak membosankan. Para aktor dan aktrisnya tahu jelas apa yang mereka perankan disana dan tidak kehilangan arah atau tujuan sampai akhir film. Tidak hanya berkolaborasi dengan para aktor/aktrisnya saja, Bong kembali bekerja sama dengan sinematografer lamanya, Hong Kyung-pyo, untuk kembali menggarap berbagai shot dalam film Parasite. Melalui tangan dingin Hong yang juga pernah menangani film-film bong seperti Mother (2009) dan Snowpiercer (2013), ia kembali menghadirkan berbagai shot yang mengagumkan meski tempat untuk latar belakang ceritanya tergolong terbatas dan sebagian besar dihabiskan dalam rumah super mewah keluarga Park. Melalui dirinya film Parasite tidak hanya unggul dalam sisi cerita dan akting para pemainnya saja, namun juga bisa unggul dalam sisi sinematografinya. Karenanya, Parasite adalah karya terbaik yang pernah dibuat oleh Bong sepanjang karirnya saat ini, dan merupakan film yang mampu memancing rasa penasaran juga bisa membuat penontonnya terbawa dengan berbagai suasana yang tidak membuat jenuh untuk menontonnya dari awal sampai akhir.


Parasite (2019) (Year)


Reviewed By:

Antusiasme dan semangat Bong sangat terlihat jelas dalam film terbarunya ini, dan melalui karyanya 'Parasite' terlihat jelas akan cinta dan passionnya terhadap dunia sinema. Dengan cerita yang kaya akan intrik dan emosi, alurnya juga bisa mengundang rasa penasaran, sinematografi dan musiknya pun dieksekusi dengan sangat mengagumkan. Menjadikan 'Parasite' sebagai salah satu film terbaik yang pernah keluar sepanjang tahun 2019.



Score:

10 out of 10

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.