Header Ads

"Joker (2019)" Review dan Analisis (Heavy Spoiler!): Tawa Ditengah Kemuraman Hidup



Directed By: Todd Phillips
Cast: Joaquin Phoenix (Arthur Fleck), Robert De Niro (Murray Franklin), Zazie Beetz (Sophie Dumond), Frances Conroy (Penny Fleck), Brett Cullen (Thomas Wayne).
Produced By:  Warner Bros., Village Roadshow Pictures, DC Films.

INTRO

Melihat kebelakang, sudah tidak asing jika rumah-rumah produksi film raksasa bersaing satu sama lainnya untuk menghadirkan film superhero flick terbukti sangat populer dan laku keras di masyarakat. Banyak dari filmnya bertujuan untuk menyampaikan hal-hal positif yang bisa menginspirasi penontonnya untuk berbuat lebih baik. Tapi tahun ini, salah satu rumah produksi raksasa, Warner Bros dan DC, kembali menghadirkan filmnya yang tergolong berani dan berbeda, dengan mendatangkan film origin yang tidak berkaitan sama sekali dengan pahlawan-pahlawan dengan aksi heroiknya, melainkan kisah origin seorang villain yang sangat populer dan terkenal di jagat dunia komik, The Joker.



Warner Bros || DC
Kali ini perannya tidak diserahkan kembali kepada aktor kawakan Jared Leto yang sebelumnya pernah memerankan karakter Joker di Suicide Squad, peran tersebut diambil alih oleh aktor Joaquin Phoenix. Ketika namanya diumumkan sebagai Joker yang baru, justru banyak orang mengapresiasi hal ini mengesampingkan jika dahulu Jared Leto juga pernah memerankan peran ini di film Suicide Squad yang mendapat respon kurang positif di masyarakat. Kali ini respon positif mulai bermunculan masyarakat tidak lepas dari reputasi Joaquin dimana tentunya sudah tidak perlu dipertanyakan lagi mengenai karirnya di layar lebar, apalagi dirinya merupakan sama-sama method actor seperti mendiang Heath Ledger, banyak orang optimis jika Joaquin bisa menghadirkan sosok Joker yang sudah sangat diharap-harapkan fans-fansnya.

Sutradara yang menangani film The Joker adalah Todd Phillips yang juga terlibat sebagai penulis script dan cerita filmnya. Jika anda pecinta film komedi nama Todd Phillips seharusnya sudah tidak asing lagi, karena orang ini adalah orang yang juga menangani film trilogi The Hangover. Budget filmnya tidak sebesar jika dibandingkan dengan film-film keluaran komik yang pernah diproduksi oleh Warner Bros, namun faktanya antusiasme dan animo masyarakat yang sangat besar karena penasaran dan hal-hal berkaitan dengan masalah kejiwaan yang minggu-minggu kemarin menjadi topik yang sering diperbincangkan, membuat film ini sangat sukses pada saat rilis dan mampu meraih keuntungan mencapai $1 Miliar US Dollar bahkan angka ini dicapai tanpa pemutaran di negeri China! Menempatkan film The Joker pada posisi ke-7 film terlaris di tahun 2019, dan mencetak sejarah film dengan rating dewasa paling sukses saat ini.



A D V E R T I S E M E N T



Sinopsis

Cerita akan berfokus akan kehidupan seorang pria bernama Arthur Fleck, seorang pria kesepian yang memiliki sejarah gangguan jiwa dan memiliki sindrom tertawa yang selalu dianggap aneh oleh orang-orang banyak sehingga berpengaruh terhadap kemampuan sosial dan karirnya. Arthur tinggal bersama dengan ibunya di kota Gotham dengan mengambil setting tahun 1981, sembari bekerja sebagai badut untuk berbagai keperluan acara dirinya memiliki impian untuk sukses mengejar karir impiannya sebagai komedian stand-up


Warner Bros||DC


Warner Bros||DC


Warner Bros||DC


Warner Bros||DC
Gotham pada saat itu merupakan kota yang sedang kacau, disebabkan ketimpangan sosial yang membuat para pekerja kota mogok menjadikan kota Gotham seperti kota yang terbengkalai dan tidak terurus, banyak sampah, tikus-tikus yang bermutasi menjadi semakin besar, pengangguran, dan tingkat kriminalitas yang meroket tajam. Tinggal dikota yang berantakan seperti Gotham, apalagi setelah dirinya diserang oleh sekelompok anak-anak berandalan, hanya mendorong kondisi kejiwaannya menjadi semakin tidak stabil. Satu-satunya tempat ia bisa menenangkan dirinya hanya melalui terapi dan obat-obatan yang diberikan oleh psikiaternya, dan melalui sesi terapi kejiwaan gratis yang disediakan sebagai fasilitas kota, Arthur merasa jika Gotham dan masyarakatnya semakin hari semakin tidak ramah dan tidak peduli dengan orang-orang disekitar mereka.

Warner Bros||DC
Sosok yang dekat dengan dirinya saat itu hanyalah dengan ibunya yang ia rawat di apartemennya bernama Penny Fleck, yang mana sang ibu selalu memberitahu dan percaya jika Arthur lahir untuk membawa kebahagiaan dan tawa kepada orang lain dengan selalu memasang wajah bahagianya.  Arthur dan ibunya selalu menghabiskan waktu bersama dengan melihat acara talkshow populer yang dibawakan oleh Murray Franklin dengan jargon khasnya ‘That’s Life’ dimana Arthur berkeinginan besar bahkan memiliki impian untuk bisa tampil di acara tersebut, dan selalu melihat acara itu sebagai cahaya bagi dirinya di tengah kemuraman hidupnya. 


Warner Bros||DC
Ditengah kesulitan yang Arthur dan ibunya jalani, sang ibu memiliki harapan besar terhadap Thomas Wayne yang selalu ia lihat lewat televisinya, seorang konglomerat yang mengajukan diri menjadi seorang wali kota agar bisa merubah kota Gotham menjadi lebih baik, dengan menuliskannya surat dimana Arthur selalu mengirimkannya setiap hari, karena sang ibu optimis jika Thomas Wayne suatu hari bisa menyelamatkan dan mengangkat kehidupan mereka berdua. Mampukah Arthur mencapai mimpinya dan membawa perubahan ke kota Gotham yang kacau balau, di tengah kekerasan masyarakat dan demonstran yang semakin meluas mampukah dirinya menemukan kehangatan dan pengakuan dari orang-orang sekitarnya? Mampukah dirinya menjadi inspirasi bagi masyarakat untuk menjadi lebih bahagia? Lalu apa relasi yang dimiliki ibu Arthur dengan Thomas Wayne hingga dirinya selalu optimis terhadap orang terkaya di Gotham tersebut? Jawaban tersebut bisa anda temukan ketika melihat filmnya.

All It Takes Is One Bad Day

Plot dari Joker akan sepenuhnya fokus terhadap perjalanan Arthur Fleck, individu yang bertarung dengan kondisi mentalnya yang tidak stabil dihadapkan dengan kondisi Kota Gotham yang semakin menggila, tertindas dari perlakuan masyarakat kotanya sendiri, politikus dan aparat penegak hukum yang berpihak, ditambah demonstran yang semakin membuat kota kacau setiap harinya, tidak heran jika film ini tidak tayang di China karena masalah demonstran Hong Kong yang semakin rusuh setiap harinya. Ya, film Joker sangat kental akan tema mengenai kondisi kejiwaan, struktur sosial, dan tidak terlalu menyorot aksi laga meski karakternya merupakan salah satu karakter komik DC yang cukup terkenal, filmnya lebih terasa seperti drama suspense yang menyiratkan berbagai cerminan mengenai gangguan mental seseorang sembari diselipkan berbagai filosofi dalam beberapa adegannya. Terdapat proses bagaimana filmnya mengembangkan kejiwaan Arthur ini menuju kegilaan dan kekacauan, hingga mencapai pada titik dimana Arthur menyerah dan menjadi sosok yang ditakdirkan dalam hidupnya, yaitu hidup sebagai pangeran kriminal kota Gotham, Joker.


Warner Bros||DC
Bagaimana cara filmnya menampilkan kegilaan Arthur ini hingga dirinya menjadi Joker mendapat inspirasi dari beberapa sumber, diantaranya melalui komik Batman versi Alan Moore “The Killing Joke”, dan film besutan sutradara Martin Scorsese “Taxi Driver” dan “King of Comedy” yang dimana beberapa karyanya juga ikut berpengaruh dalam film ini. Untuk latar belakang kehidupannya Arthur Fleck memiliki suasana yang sama seperti Joker dari komik The Killing Joke, seseorang yang ingin sukses dalam bidang stand-up comedy namun karirnya gagal total disana. Bagaimana ia memandang masyarakat terdapat kemiripan juga seperti Travis Bickle dari Taxi Driver, seseorang yang muak dalam masyarakat dan memutuskan untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan caranya sendiri, yaitu dengan kekerasan. Tokoh Arthur dan Travis juga sama-sama menulis sebuah jurnal hanya bedanya Arthur menulis materi untuk gig-nya sedangkan Travis lebih seperti diary. Obsesinya diambil dari King of Comedy, seorang komedian stand-up delusional yang terobsesi untuk bisa muncul di sebuah acara talkshow terkenal, dan berusaha dengan segala cara untuk tampil disana.

Referensi-referensi tersebut kemudian digunakan untuk membangun dunia dimana anda akan dibawa untuk melihat keseharian dari kehidupan Arthur Fleck yang penuh dengan nestapa. Dengan mengambil setting pada tahun 1981, di tengah kota Gotham yang sedang kacau balau, filmnya hampir sepenuhnya memaksimalkan sudut pandang Arthur sebagai tokoh utama. Diantaranya sudut pandang ini akan menampilkan bagaimana pikiran tokoh utamanya bekerja dan bereaksi terhadap dunia di sekitarnya, dan sangat meminimalisir akan perspektif karakter lainnya sepanjang cerita filmnya. Dengan kata lain, sebagaimana narasi ceritanya berjalan hanya untuk menciptakan karakter Joker itu sendiri, ditambah kita hanya bergantung pada sudut pandang saja, membuat kita harus mengamati akan seorang karakter yang hidup dalam fantasi dan kegilaannya. Konsep “Hari Terburuk” ini tidak lepas dari sumber komiknya, “The Killing Joke”, yang memiliki teori cukup terkenal yaitu hanya dibutuhkan 1 hari buruk untuk mendorong orang menjadi jahat. Referensi itu tidak lupa ditambahkan ke dalam filmnya sebagai easter-egg melalui adegan pada saat Arthur datang ke apartemen Sophie dan mengatakan “Aku telah mengalami hari yang buruk”.


Warner Bros||DC

Warner Bros||DC
Struktur dari plot ceritanya sendiri tergolong linear, dan mampu mengeksposisikan alur ceritanya dengan berbagai ringkasan-ringkasan adegan yang cukup tidak terduga dengan penyampaian yang ambigu namun tidak bertele-tele tanpa menghadirkan sebuah gimmick basi. Film Joker juga merupakan salah satu film yang tidak tergolong straight forward dalam penyampaian gimmick ceritanya, ada beberapa bagian yang harus dilalui agar anda bisa sepenuhnya paham dengan segala apa yang terjadi membuat pacing dalam filmnya terasa cukup lambat. Eksposisi tersebut dilakukan secara simbolis, dan membuat filmnya tidak terlalu cepat untuk buru-buru berganti ke adegan selanjutnya. Ada beberapa filler yang digunakan sebagai bentuk transisi dari satu adegan ke adegan lainnya, seperti Arthur yang menari di kamar mandi umum, masuk ke dalam kulkas, melampiaskan kekesalannya di tempat pembuangan sampah.


Warner Bros||DC
Eksposisi tersebut memiliki peran besar sebagai sebuah simbolisme atau bentuk ekspresi dari tokoh utamanya, Arthur Fleck. Dikarenakan karakternya hanya menampilkan satu ekspresi saja dalam karakternya yaitu tertawa, kita diharuskan menebak-nebak apa bentuk emosional yang Arthur sebenarnya rasakan pada saat itu. Melalui eksposisi-eksposisi itulah yang membuat kita sedikit paham apa yang ingin disampaikan oleh karakternya melalui isyarat tubuh atau kelakuannya. Salah satu bentuk simbol dalam filmnya yang saya tangkap adalah tangga. Dari awal sampai pertengahan film, kita beberapa kali diperlihatkan adegan Arthur yang sedang menaiki tangga yang terlihat muram dan depresi, ini menyimbolkan bagaimana sulitnya dirinya untuk menjadi seseorang yang ideal di mata masyarakat dan benar-benar membebani hidupnya. Setelah mencapai akhir klimaksnya kita bisa melihat beberapa adegan dimana Arthur yang menuruni tangga bahkan menari disana dan tampak bahagia, ini memiliki arti jika Arthur sudah tidak lagi memiliki beban dalam hidupnya, terlihat jauh lebih bahagia, dan nyaman untuk tidak lagi berpura-pura di masyarakat untuk bisa menjadi dirinya sendiri.

Akan ada banyak pertanyaan yang tercipta di benak anda ketika melihat filmnya, membuat misteri juga merupakan bagian dari dalam film Joker. Siapakah Arthur? Mengapa dirinya tertawa seperti itu? Apa yang menyebabkan diri Arthur menjadi seperti ini? Mengapa ibunya begitu terobsesi dengan Thomas Wayne? Rahasia apa yang disembunyikan oleh ibunya sendiri? Apakah dirinya bisa sukses mengejar impiannya dan membawa kebahagiaan kepada kota Gotham? Apa perubahan yang akan Arthur bawa ke dalam kota Gotham? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu yang akan muncul dibenak anda ketika melihat filmnya. Meski begitu Film Joker tidak begitu saja menyediakan jawaban pada beberapa bagian yang memang dibiarkan menggantung dan dibiarkan menjadi tetap sebagai misteri. Penonton diberikan kebebasan untuk menginterpretasikan sendiri jawaban dari misteri-misteri tersebut dengan teori atau pemahamannya masing-masing.

Plot yang juga dikembangkan dengan baik dalam film joker diantaranya adalah pada bagian suspense dan thriller-nya. Film joker bisa membangun suasana menegangkan sekaligus tidak nyaman melalui dialog atau akting antar karakternya yang bisa membuat gelisah yang menontonnya, hingga banyak dari adegan suspense tersebut menjadi sangat memorable. Melalui sequence-nya, penonton seolah diberikan petunjuk demi petunjuk bakal kemana arah adegannya akan berjalan, melalui dialog dan tingkah laku baik dari Arthur dan lawan mainnya, penonton bisa tahu arah horor atau adegan anti klimatik yang menunggu di akhir filmnya. Salah satu yang paling berkesan adalah, ketika Sophie, memergoki Arthur sedang berada di dalam apartemennya. Darisana momen yang sebelumnya manis, dan terlihat seperti keduanya saling memiliki satu sama lain, berubah menjadi horor dan mencekam ketika kebenaran dan kenyataannya terungkap.

Sosiopat yang ingin diperhatikan

Untuk bisa mengerti filmnya, kita juga diharuskan untuk mengerti dan memahami siapa sebenarnya sosok dari Arthur itu sendiri. Sekilas, Arthur terlihat seperti orang yang kesepian dan memiliki banyak masalah sehingga membuatnya depresi. Dari stress karena berbagai tekanan, penyakit syaraf yang membuatnya selalu tertawa (Pathological Laughter), pikiran yang selalu dipenuhi oleh pandangan negatif, namun dari itu semua yang paling mencolok dan menjadi sorotan utamanya adalah posisi Arthur yang sendirian di tengah masyarakat Gotham yang semakin beringas. Filmnya kemudian memposisikan Arthur di situasi dimana ia terlihat tidak benar-benar sendirian dan ada orang yang masih peduli dengannya, untuk awalnya yaitu ibunya sendiri; kemudian Sophie, wanita paruh baya yang tinggal bersama dengan anak-anaknya di 1 gedung apartemen yang sama dengan Arthur; dan figur ayah yang hadir dalam kehidupannya.


Warner Bros||DC
Ibunya, Penny Fleck, adalah seseorang yang ikut tinggal bersama Arthur menjalani kehidupan mereka bersama-sama. Sang ibu merupakan orang yang benar-benar Arthur perhatikan, dan satu-satunya orang yang paling dekat dengannya. Oleh karena itu tidak aneh bagi seorang Arthur merasa bangga bahwa dirinya masih bisa merawat dan menjaga sang ibu, namun apakah pengorbanan yang ia berikan sepantar dengan respon sang ibu? Ibunya ketika pertama kali diperlihatkan seperti seseorang yang lemah, sakit-sakitan, dan linglung terhadap sekitarnya, namun ada karakteristik yang mengerikan di dalam diri sang ibu, yaitu sifat narsistiknya. Ya, Penny Fleck, merupakan seseorang yang juga terjebak dengan fantasinya sendiri, dan hal ini sudah diperlihatkan secara halus melalui rutinitas sang ibu dari sejak awal film. Rutinitas yang saya maksud adalah kebiasaan sang ibu yang selalu menanyakan apakah suratnya untuk Thomas Wayne sudah diposkan atau belum setiap kali Arthur pulang dari pekerjaannya.

Lalu bagaimana keterkaitan antara kebiasaan ini membuktikan jika sang ibu memang tidak peduli dengan anaknya sendiri? Jawaban tersebut terletak pada adegan ketika Arthur pulang ke apartemennya sehabis kencan dengan Sophie, kekasih barunya saat itu. Ketika ia datang dan berdansa dengan sang ibu, Penny memberitahu bahwa dirinya telah menulis surat lagi untuk Thomas Wayne, yang kemudian menanyakan kenapa bau minyak wangi/parfum terhadap Arthur, yang ia jawab bahwa dirinya habis berkencan dengan seseorang. Respon orang pada umumnya apalagi ini kasusnya sebagai seorang ibu, pasti akan penasaran dan bilang “dengan siapa?”, tetapi respon Penny Fleck pada saat itu berbeda, dan membalasnya dengan kembali mengingatkan hal yang hanya berkaitan terhadap kepentingannya sendiri yaitu “jangan lupa kirimkan suratku”. Melalui respon itulah filmnya sendiri memberikan petunjuk dengan dialog yang sederhana, mengindikasikan bahwa Penny, ibu kandung dan keluarga kandung satu-satunya dari Arthur, pada kenyataannya tidak memiliki ketertarikan atau kepedulian sama sekali dengan kehidupan anak semata wayangnya ini.


Warner Bros||DC
Setelah melalui berbagai macam kejadian menyakitkan, Arthur menemukan fakta lainnya dimana sang ibu juga ikut bertanggung jawab karena membiarkan mantan pacarnya menyiksa Arthur sampai sang anak trauma berat dan menjadi penyebab utama sindrom tertawa Arthur Fleck. Dalam filmnya, sindrom tertawa ini merupakan salah satu tembok penghalang dirinya untuk bisa sukses karirnya dan diterima dalam masyarakat. Terdapat adegan yang cukup singkat namun maknanya cukup dalam, yaitu pada saat Arthur dalam perjalanan pulang menggunakan bus. Ada anak kecil yang tersenyum kepadanya, dan sebagai seorang yang handal untuk membuat anak-anak kecil tertawa, Arthur secara sepontan menghibur anak tersebut dan berhasil membuatnya tertawa. Tawa dari anak tersebut merupakan hal yang paling berharga yang bisa diterima oleh Arthur karena memang itulah tujuan hidupnya. Sayangnya, momen bahagia tersebut berumur pendek ketika ibu dari sang anak menyetak Arthur untuk tidak mengganggu anaknya. Sampai Arthur tidak bisa membalas kata-kata dari sang ibu, dan sontak tertawa terbahak-bahak yang membuat ibu dari anak tersebut menjadi semakin naik pitam, hingga Arthur menyerahkan kartu yang menjelaskan penyakitnya baru sang ibu paham akan kondisi Arthur. Dari momen sederhana itu kita bisa mengetahui tentang penderitaan dirinya, dan kesulitan yang ia terima karena sindromnya tersebut. Hal yang seharusnya diartikan sebagai bentuk ekspresi bahagia manusia malah terlihat sebagai hal yang depresi dan seperti kutukan yang harus Arthur bawa sepanjang hidupnya karena perbuatan dari sang ibu, Penny Fleck, yang sejak dari awal tidak peduli dengan anaknya sendiri karena sifat narsistiknya.


Warner Bros||DC
Sifat narisistik ini, pada akhirnya akan diwarisi Arthur dari ibunya sendiri, dan ia sangat haus akan perhatian. Selain ingin mendapat perhatian dari masyarakat luas, Arthur Fleck juga merupakan orang yang kurang perhatian karena hilangnya sosok ayah dalam hidupnya. Sebagaimana ia membayangkan dirinya hadir dalam acara Murray Franklin, dan mendapat sambutan hangat dari sang pemandu, ada indikasi bahwa sosok Murray Franklin itu sendiri ia anggap lebih dari sekedar sosok idolanya, ia juga menganggap sang host sebagai figur ayah baginya. Melalui doktrin sang ibu yang selalu mengatakan bahwa Arthur selalu memasang wajah bahagia, dan dirinya lahir untuk membawa kebahagiaan dan tawa bagi semua orang, sosok Murray Franklin sangat pas bagi Arthur untuk dijadikan contoh figur yang selama ini ia cari.

Ketika ia mendapati dalam surat ibunya bahwa ia merupakan anak dari sesosok orang terkaya di kota Gotham. Yang diperlihatkan oleh karakternya bukan senang karena ternyata ia juga orang kaya, namun ia senang karena ternyata selama ini dirinya memiliki seorang ayah kandung bernama Thomas Wayne. Bentuk emosi yang diperlihatkan oleh tokohnya memang murni karena ia senang mengetahui bahwa dirinya memiliki ayah kandung, dan berharap bisa mendapatkan perhatian dan pengakuan yang selama ini ia cari-cari. Tetapi pada kenyataannya takdir memang tidak begitu ramah terhadap Arthur. Sesaat Arthur menemui orang yang katanya merupakan ayah kandungnya sendiri, bukan pengakuan atau pelukan hangat yang menyambutnya, tetapi pukulan yang menghancurkan harapan dirinya. Impian terakhirnya juga kembali hancur dari sosok yang selama ini ia anggap menjadi inspirator dan idolanya, yaitu Murray Franklin. Ketika impiannya berhasil terwujud dan dirinya berhasil muncul dalam acara tersebut, apa yang ia bayangkan ternyata tidak sesuai dengan yang ia harapkan. Murray justru lebih bersimpati terhadap orang lain yang menyakiti dirinya, dan kehadirannya di acara tersebut hanya menjadi bahan lelucon sang pemandu acara. Membuat Murray Franklin, sosok yang selama ini ia kira bisa memberikan perhatian, pengakuan, atau sekedar sambutan hangat ternyata tidak jauh berbeda dengan mereka yang selalu mengolok-olok dirinya.


Warner Bros||DC
Hal yang dinilai kuat dan memberikan harapan lebih terhadap Arthur adalah dengan kehadiran Sophie. Seolah membuat Sophie sebagai sumber kehangatan seperti matahari yang selalu membuat hari-hari Arthur cerah, dan membuat dirinya kuat untuk menghadapi hidupnya karena perhatian dan dukungan yang diberikan oleh Sophie. Ini yang kemudian membuat konsep ceritanya menjadi lebih twisted, filmnya kemudian bertransisi ke arah yang menyeramkan dan membuka kebenaran akan hubungan keduanya yang tidak lebih hanyalah delusi Arthur semata. Ya dirinya sama dengan sang ibu, keduanya berdelusi bahwa ada seseorang yang mereka dambakan membalas perasaan mereka, namun pada kenyataannya tidak. Bisa anda bayangkan mungkin satu-satunya hal yang bisa membuat Arthur waras ternyata hanyalah kebohongan yang ia buat sendiri untuk mempermanis kehidupannya, tetapi pada kenyataannya Arthur Fleck, selama ini memang seorang diri tanpa ada kehadiran orang yang benar-benar peduli terhadapnya.

I Carve Violence

Kekerasan merupakan bagian paling mengesankan yang ada dalam film Joker, dan menjadikan film ini memiliki rating Dewasa karena hal tersebut. Jika dibandingkan dengan film superhero dengan rating dewasa seperti Deadpool, secara moral ke dua film ini memiliki tujuan yang sama ketika mengeksekusi kekerasan dalam karakter utamanya, yaitu karena mereka senang membunuh dan mengalami ekstasi ketika melakukannya. Namun berbeda dengan Deadpool dimana kematian pada karakter sampingan tampak tidak begitu berarti dan memakan jumlah yang banyak, namun di film Joker kematian yang ada di dalam filmnya tergolong sedikit namun bisa menampilkan kematian tersebut menjadi sebuah tragedi bukan sebagai gimik semata saja, kematian-kematian memberikan dampak besar terhadap perkembangan karakter dan ceritanya.

Meski kekerasan dalam filmnya tidak dijadikan dalam bentuk aksi yang dibalut dengan koreografi-koreografi seru, namun aspek satu ini menjadi salah satu daya tarik dan menjadi salah satu bagian yang di eksekusi dengan sangat baik baik dari sutradara maupun aktornya. Eksekusi dalam kekerasannya tersebut juga menjadi bagian yang bisa bikin kaget, terutama suara pistol milik Arthur yang terdengar sangat keras ketika ditembakkan bisa membuat anda berhenti untuk bernafas sejenak karena letusannya yang datang secara tiba-tiba seperti petir di siang bolong. Tentunya kematian dalam film Joker juga tidak dihadirkan ke dalam bentuk yang anti-klimatik, ceritanya akan membangun suasana yang mendorong Arthur untuk melakukan tindakan kekerasannya. Seperti domino, dorongan demi dorongan akan menghancurkan kewarasan dan rasionalitas dari Arthur itu sendiri, menjadikan kematian yang ada dalam film Joker lebih memiliki makna ke dalam cerita dan perkembangan karakternya.


Warner Bros||DC
Filmnya sendiri akan membuat anda tahu jika Arthur pada saat tertentu pasti akan melakukan kekerasan tetapi anda tidak tahu kapan, karena semua yang Arthur lakukan secara impulsif. Tidak ada kokangan senjata, atau memperlihatkan senjata tajam dan menghunuskannya kepada si calon korban sebagai momentum jika korbannya akan mati pada saat itu, kematian terasa semakin dekat dan datang dengan tidak terduga. Namun, yang jauh lebih menyeramkan adalah pada fakta yang terungkap mengenai bagaimana Arthur bereaksi dan merasakan apa yang ia lakukan pada saat itu. Pada awalnya dirinya memang diperlihatkan takut, dan kemudian panik, tetapi tariannya yang ada dalam kamar mandi semakin mendefinisikan karakter Arthur lebih jauh. Tariannya yang begitu tenang setelah dirinya menghabisi nyawa orang, memperlihatkan dirinya memang sama sekali tidak memiliki simpati atau empati terhadap nyawa manusia, apalagi dirinya yang terangsang dan pergi ke apartemen Sophie untuk bercinta menambah gelap karakter Arthur itu sendiri.

Melalui kekerasan dan kematian inilah membuat sosok Arthur Fleck menemukan jati diri, gairah, dan kebebasan yang selama ini ia cari. Dengan make-up dan ciri khas rambutnya yang berwarna hijau masyarakat mulai mengakui keberadaan dirinya, semua orang tidak lagi mengacuhkan dia, perhatian berpusat kepadanya, namun bukan sebagai Arthur Fleck tetapi sebagai Joker, Clown Prince of Crime from Gotham City. Ia tidak perlu lagi mengenakan lagi wajah sebagai Arthur Fleck yang selalu sedih, muram, dan selalu berpura-pura untuk diterima di masyarakat. Arthur telah menentukan jalan hidupnya sendiri tanpa harus repot-repot memikirkan akan kebahagiaan orang lain. Sebagai Joker ia memang tidak berhasil menebar tawa kepada masyarakatnya, namun ia berhasil menjadi sosok yang menginspirasi masyarakat banyak dengan membawa kekacauan, anarki, dan banyak kematian ke dalam kota Gotham, tetapi setidaknya ia berhasil mengakhiri segala nestapa yang membebani hidupnya selama ini.


Warner Bros||DC
Membicarakan tentang kekerasan dalam filmnya, Joker tergolong tidak terlewat batas ketika menampilkan hal ini. Film-film yang menjadi referensinya dahulu jauh lebih brutal dan eksplisit ketika menampilkan kekerasannya, apalagi lulus sensor dari lembaga yang ditangani oleh Indonesia tanpa adanya potongan adegan terhadap filmnya sudah merupakan sebuah prestasi tersendiri. Meski begitu beberapa orang harus bisa memahami rating dalam filmnya dan film Joker yang sudah memiliki rating dewasa tentunya tidak cocok untuk diperlihatkan kepada anak-anak dibawah umur terlepas tokohnya yang datang dari dunia komik yang sama dengan Batman. Karena pesan dari filmnya untuk menjadikan kekerasan dan kematian ini sebagai simbol memang terpampang cukup jelas, dimana kita sebagai masyarakat pada kenyataannya tidak memiliki banyak pilihan untuk menentukan mana yang benar dan mana yang salah. Opini kita selalu dipecah dan digiring hingga kita selalu menelan mentah-mentah apa yang dikatakan oleh media masa atau orang-orang penting mengenai hal-hal tertentu, seperti yang Thomas Wayne lakukan ketika 3 orang pekerjanya mati ditangan Arthur, dirinya menyebut orang-orang tersebut sebagai orang yang baik, pekerja keras, dan tidak tergantikan, namun pada kenyataannya mereka adalah bajingan yang mabuk-mabukan, melecehkan wanita, dan mengeroyok Arthur.


Warner Bros||DC
Karakternya berkembang dari orang yang mencari tentang jati dirinya, secara tidak sengaja berubah menjadi sebuah simbol yang di idolakan oleh masyarakat Gotham. Dari semua tragedi dan pengalaman buruk yang menimpa tokoh utamanya. Filmnya tidak begitu saja menentukan motif terhadap tokoh utamanya, melalui motif tersebut filmnya berusaha untuk memecah sudut pandang penontonnya dalam menilai sosok Arthur atau Joker, hingga filmnya bisa juga dibilang sekali lagi memberikan kebebasan bagi penontonnnya untuk menentukan sendiri siapakah korban dan penjahatnya disini.

The Clown and the Director

Budget filmnya bisa dibilang tidak dimodali sebesar film-film DC lainnya, karenanya kekuatan film Joker terletak pada performa akting yang dibawakan oleh aktor utamanya, Joaquin Phoenix, dan sekaligus mengedepankan kualitas cerita yang ditulis oleh Todd Phillips dan Scott Sillver. Hanya modal 2 hal tersebut, film Joker bisa dibilang menjadi salah satu film DC terbaik dan cukup memorable meski temanya dari ceritanya tergolong sangat serius. Sembari menikmati filmnya, anda juga akan disajikan dengan musik-musik karya original milik Hildur Guðnadóttir yang bisa membuat merinding sepanjang film, dimana komposer satu ini juga pernah menangani soundtrack untuk mini-series sukses milik Netflix, Chernobyl. Melalui musiknya bisa menciptakan suasana yang mewakilkan situasi dan perasaan dari seorang pria kesepian bernama Arthur Fleck, dimana salah satu karyanya dalam film Joker yang paling memorable yaitu “Call Me Joker” bisa membuat saya terpukau ditambah dengan betapa epik-nya pada adegan klimaksnya. Filmnya juga diramaikan dengan musik-musik karya musikus lawas seperti Frank Sinatra, Jimmy Durante, band rock Cream, dan Gary Glitter.


Warner Bros||DC

Warner Bros||DC
Untuk Joaquin Phoenix, kualitas aktingnya tidak perlu lagi anda ragukan disini, karena perannya sebagai Arthur Fleck aka Joker merupakan peran terbaik Joaquin di sepanjang 2019 bahkan di sepanjang karirnya sejak perannya di ‘You Never Really Here’. Sebagai salah satu orang yang dikenal sebagai method actor, hal yang paling mencolok adalah transformasi tubuhnya yang sangat ekstrim. Transformasi tubuh milik Joaquin ini sempat mengingatkan saya ketika Christian Bale memerankan ‘The Machinist’, disini Joaquin benar-benar melakukan komitmennya untuk mencapai bentuk tubuh yang ideal untuk menjadi seorang tokoh Joker. Ketika menjadi sosok Joker ini, dirinya tidak tertarik untuk mengambil referensi dari Joker-Joker yang sudah-sudah, Joaquin ingin menghadirkan sosok Joker yang baru dengan interpretasi dan pendekatannya sendiri. Meski begitu, dirinya juga sama seperti mendiang Heath Ledger, dimana Joaquin juga menulis jurnal untuk lebih menghayati karakternya dan pola pikirnya bisa seutuhnya menjadi Arthur Fleck, dan isi jurnal tersebut bisa sekilas anda lihat dalam filmnya. Melalui pendekatannya ini, Joaquin berhasil memberikan angin segar dengan menampilkan wajah baru kedalam karakter Joker, tanpa menghilangkan ciri khas tokohnya baik secara penampilan ataupun kepribadiannya. Konsep yang ia hadirkan ke dalam karakternya bisa dibilang unik, karena tidak langsung memperlihatkan sisi buruk dari seorang Joker, namun terdapat proses yang bisa memberikan kita pengalaman baru untuk mengenal karakter Joker melalui sesosok Arthur Fleck.


Warner Bros||DC
Salah satu pencapaian sukses Joaquin, bahwa dirinya berhasil membawa kembali tawa Joker yang menyeramkan dan mengganggu ketika didengar. Sang aktor juga mengakui bahwa tawa dari Joker itu sendiri merupakan salah satu hal tersulit yang harus ia lakukan sepanjang film, untuk mendalami karakternya sang aktor kerap kali menonton video orang yang menderita pathological laughter, gangguan syaraf yang menyebabkan penderitanya tertawa diluar kendali. Joaquin berupaya untuk menghadirkan karakter dimana penonton kesulitan untuk menebak atau mengenali perasaan apa yang dialami oleh karakternya, dan upayanya untuk menampilkan raut wajah yang muram layaknya orang depresi tapi disisi lain dirinya diharuskan tertawa merupakan hal yang sulit dilakukan meski terdengar sederhana. Hanya melalui tertawanya saja anda bisa merasakan bentuk ekspresi kesakitan dan betapa menyiksa hidupnya karena tawanya tersebut, dan anda tahu bahwa dibalik tawanya itu hanyalah topeng belaka yang tidak bisa Arthur lepaskan, karena topeng tersebut telah merampas juga menyembunyikan perasaan dan emosi sesungguhnya dari dirinya sendiri.


Warner Bros||DC
Joaquin juga berhasil membawa karakternya menjadi lebih menarik dengan improvisasi yang dilakukan olehnya di beberapa bagian film Joker, dan ini adalah salah satu resiko yang Joaquin berani ambil untuk membuat filmnya semakin menarik. Adegan pada saat dirinya masuk ke dalam kulkas atau menari di kamar mandi merupakan hal yang dilakukan secara tidak terduga dan diluar script. Terutama adegan saat dirinya menari dalam kamar mandi merupakan salah satu adegan paling memorable dan paling di ingat dalam film Joker. Tidak hanya imporvisasi saja yang ia bawakan, namun konsistensi ketika membawakan karakternya patut diapresiasi salah satunya bagaimana ia melakukan akting menjadi orang kidal. Karakternya yang diperankan oleh Joaquin adalah orang yang kidal, dan sang aktor bukanlah orang kidal, namun Joaquin berhasil melakukan segala tindakan pokok seperti menggenggam pistol, menulis, dan melakukan segala tindak kekerasan dengan menggunakan tangan kirinya. Intonasi suara yang diberikan oleh sang aktor juga bisa membuat orang merinding ketika mendengarnya. Bagaimana tidak suaranya yang tadinya terdengar ringan tiba-tiba menjadi berat dan mengancam pada beberapa, adegan menekankan betapa serius dirinya pada momen tersebut.

Todd Phillips merupakan orang yang berhasil mengangkat film Joker menjadi salah satu film dengan rating dewasa yang paling sukses tahun ini bahkan sepanjang masa, mengalahkan film-film Deadpool yang sempat menduduki peringkat 1 tahun-tahun sebelumnya. Keputusannya untuk menjadikan dunia Joker sama sekali tidak memiliki hubungan atau keterkaitan dengan dunia superheroes DC saat ini merupakan hal yang tepat, dan melihat filmnya untuk pertama kali menjadi pengalaman yang sulit untuk dilupakan. Jadi tidak usah aneh jika tidak melihat Joker versi Joaquin dan Todd Phillips tidak hadir sebagai penjahat di film Batman baru yang akan diperani oleh Robert Pattinson. Satu hal yang perlu di apresiasi adalah Todd Phillips berani untuk keluar dari zona aman untuk membuat versi Joker-nya sendiri, termasuk apresiasi juga kepada Warner Bros untuk memberikan kebebasan penuh bagi Todd Phillips ketika diberikan tanggung jawab yang cukup besar ini. Jika dulu Joker adalah seseorang yang jatuh ke dalam cairan kimia yang merusak wajah dan kepribadiannya, namun Todd Phillips tidak mengikuti formula tersebut dan memilih untuk mengambil resiko ketimbang mengambil jalan yang “aman” terhadap filmnya. Yup, ketimbang menampilkan orang yang terpapar cairan kimia dan menjadi gila, Todd Phillips lebih memilih seseorang yang menjadi gila karena isolasi yang berasal dari orang-orang terdekat dan masyarakatnya yang tidak peduli. Keputusan yang diambil oleh Todd Phillips akan hal ini membuat cerita Joker menjadi lebih rasional dan dirinya membuat dunia yang ada dalam Joker menjadi lebih nyata juga mempertahankan situasi dalam filmnya menjadi lebih asli. Dinilai dari banyaknya versi asal-usul Joker yang identitasnya masih menimbulkan misteri, melalui karyanya kita bisa memasukkan versi Joker milik Todd sebagai salah satu origin Joker terbaik saat ini.


Warner Bros||DC

Warner Bros||DC
Beberapa hal yang membuat saya menyukai Todd Phillips adalah bagaimana dirinya tidak melewatkan detail yang ada dalam film Joker. Sang sutradara benar-benar memperhatikan segala sesuatu yang menjadi setting background adegannya, yang dimana sang sutradara juga berhasil menghadirkan nuansa muram dengan setting tahun 80an dimana kota Gotham benar-benar tidak terurus, banyak tikus yang bermutasi dan sampah dimana-mana. Todd secara konsisten tetap mengembangkan situasi yang ada dalam kota Gotham sesuai dengan yang diberitakan di berbagai stasiun televisi di filmnya, dan tetap mengkorelasikan setting tahun filmnya dengan menampilkan 3 judul film yang muncul pada tahun 1981 di bioskop yang didatangi oleh keluarga wayne diantaranya yaitu Zoro the Gay Blade, Blow Out, dan Excalibur. Uniknya lagi film Excalibur juga merupakan film yang muncul di opening Batman VS Superman ketika Thomas dan Martha Wayne menemui ajalnya setelah meninggalkan gedung bioskop. Yang paling dikenal dari detailnya ini adalah jam di setiap adegan Joker yang menunjukkan pada angka 11:11 yang menciptakan “Teori Jam” yang cukup menggegerkan karena melalui jam tersebut terdapat indikasi besar jika selama ini filmnya merupakan fantasi Arthur Fleck semata.


Warner Bros||DC
Selain itu Todd Phillips menyembunyikan cukup banyak easter egg yang tersembunyi dalam filmnya. Diantaranya font yang digunakan oleh acara night show Murray Franklin menggunakan font yang sama dengan film animasi Batman tahun 1992. Nama belakang psikiater Arthur yaitu Debra Kane memiliki kesamaan dengan Bob Kane yang tidak lain adalah pencipta Batman, selain itu Debra Kane juga merupakan salah satu karakter yang muncul dalam komik Batman: The Ultimate Evil. Nama markas besar Joker, Amusement Mile, juga turut muncul dalam film ini, tempat tersebut merupakan lokasi yang digunakan oleh Joker pada komik The Killing Joke untuk membuat inspektur Gordon Gila, anda bisa menemukannya melalui poster di sebelah kanan lorong tempat kerja Arthur ketika dirinya dipanggil oleh bosnya. 


Warner Bros||DC

Warner Bros||DC
Lalu ada 2 referensi mengenai tokoh jahat yang secara tidak langsung disinggung dan turut hadir disini, dari masalah tikus super yang sedang dihadapi oleh Gotham banyak orang yang mengkaitkan dengan penjahat bernama Ratcatcher dimana penjahat ini bisa mengontrol tikus-tikus dalam jumlah yang banyak, dan simbol “?” yang ada di lift rumah sakit Arkham banyak orang yang mengkaitkannya dengan The Riddler. Berbicara tentang Arkham, dalam dunia Batman terdapat tempat dimana penjahat-penjahat super ditahan dan tempat tersebut bernama Arkham Asylum, tetapi Todd dalam filmnya merubah nama tempat itu menjadi “Arkham State Hospital” menjadikan easter egg satu ini sebagai salah satu yang paling mencolok untuk disadari oleh penontonnya.


Warner Bros||DC
Joker juga ke datangan aktor veteran dan kelas berat yaitu Robert De Niro, dengan memerankan karakter bernama Murray Franklin. Saya sempat kaget bahwa aktor sekaliber dirinya mau tampil dalam film yang diangkat dari sebuah adaptasi komik, dimana dulu dirinya sempat menolak peran sebagai green goblin pada film “Spiderman” (2002). Sempat tersiar berita bahwa sang aktor sempat berselisih paham dengan Joaquin akan masalah pembacaan script yang ingin dilakukannya secara konvensional di kantornya, namun saya bersyukur hal tersebut cepat diselesaikan dan tidak berpengaruh terhadap performa dan chemistry keduanya dalam film Joker. Kali ini De Niro memerankan Karakter yang hampir menyerupai peran lamanya di “The King of the Comedy”, hanya saja kali ini ia menjadi host sungguhan dan tentunya masih suka bersenda gurau dengan penonton di acaranya. Sebagai Murray Franklin, kehadiran dirinya disini lebih dari sekedar pembawa acara malam saja, namun juga sebagai orang yang di idolakan dan menjadi sumber inspirasi bagi Arthur untuk menjadi seorang komedian stand-up yang sukses. 


Warner Bros||DC

Warner Bros||DC
Ada besar kemungkinan, melalui karakter Murray Franklin ini, filmnya ingin menggambarkan akan pemujaan yang berlebihan terhadap selebritas atau tokoh-tokoh terkenal yang sudah menjadi kebiasaan dalam masyarakat. Orang-orang lebih percaya omongan yang keluar dari tokoh-tokoh terkenal entah bagaimana cara untuk sukses, atau menentukan pilihan politik yang tepat, membuat kita secara tidak sadar jika kita sebenarnya buntu untuk berpikir dan membuat orang lain mendikte hidup kita mengenai apa yang salah dan apa yang benar. Ketika ekspektasi yang kita harap dan percayakan kepada orang tersebut teralu tinggi, maka hasil yang ada hanyalah kekecewaan seperti yang Arthur dapat karena termakan mimpinya sendiri. Kematian karakternya menandakan kebebasan Arthur untuk berpikir, dan bebas untuk menentukan arah hidupnya tanpa harus menjadi atau mengikuti seseorang yang bukan dirinya.


A D V E R T I S E M E N T


We Are the Clown / Verdict

Joker adalah film yang fokusnya bisa dibilang terbagi dua, disisi utamanya ingin menampilkan perjuangan orang yang memiliki kelainan psikis untuk bisa diterima oleh orang-orang sekitarnya, namun juga ingin menampilkan bobroknya struktur sosial dan sinisme masyarakat terhadap pemerintahnya yang gagal mengayomi serta berprilaku adil. Filmnya banyak menyelipkan berbagai gambaran yang jelas mengenai keseriusan terhadap dampak ketidak stabilan mental seseorang yang sering kali di acuhkan masyarakat, kesenjangan akan struktur sosial, dan ketidak mandirian masyarakat dalam menentukan hidupnya yang cenderung lebih memilih untuk mengikuti langkah atau mendengar masukan dari orang-orang sukses ketimbang berani untuk kritis dan menentukan langkahnya sendiri. Keseluruhan film dan ceritanya akan fokus dengan karakter utamanya, Arthur Fleck yang diperankan oleh Joaquin Phoenix, dan anda bisa melihat besarnya komitmen sang aktor dalam memerankan Joker. Meski ada aktor/aktris seperti Robert De Niro dan Zazie Beetz, filmnya memutuskan untuk tidak menghadirkan prespektif-prespektif dari karakter lainnya, menjadikan Arthur Fleck sebagai satu-satunya narator yang membawa anda/kita dari awal sampai pada akhir film.


Warner Bros||DC
Film Joker tergolong film yang menggunakan banyak referensi untuk membangun struktur ceritanya, hingga secara garis besar konsepnya seperti teralu mengikuti referensi-referensi tersebut. Meski begitu film Joker merupakan film Superhero berani berbeda dibandingkan film-film adaptasi komik akhir dekade ini. Salah satunya adalah dengan berani untuk meninggalkan formula lama mengenai asal mula tokoh Joker yang jatuh ke dalam cairan kimia dan menjadi gila, filmnya lebih mendekatkan mengenai seseorang yang terbentuk menjadi produk kekerasan dan kekacauan yang ditimbulkan oleh sentimen masyarakat itu sendiri. Alur ceritanya tidak banyak menghadirkan gimik namun tentunya memiliki beberapa filler diantaranya adalah dengan beberapa kali menampilkan Arthur yang sedang menari ketika filmnya mulai bertransisi ke adegan selanjutnya. Filmnya juga tidak selalu berfokus mengenai kemuraman dan drama kehidupan Arthur yang menyedihkan, filmnya mengakhiri setiap masalah tersebut dengan kekerasan sebagai eksposisi yang dilakukan pada ceritanya. Untuk kekerasan yang ada dalam film Joker menurut saya anggap tergolong normal, filmnya tidak menginspirasi orang untuk melakukan kekerasan, namun menunjukan penyebab kenapa seseorang bisa melakukan kekerasan. Kematian yang ada dalam filmnya juga dibangun dengan motif yang kuat sehingga bisa memberikan dampak emosional lebih kepada ceritanya, dan tidak menjadikan kematian dalam film ini sebagai hal yang dilewatkan begitu saja.


Warner Bros||DC

Akhir kata, saya cukup puas untuk ketika melihat film penutup akhir tahun milik DC satu ini. Sepanjang 2019, meski hanya 2 film yang keluar namun setidaknya film-film ini mendapat respon yang cukup positif, juga membuktikan jika film DC yang cukup ceria (SHAZAM!) dan Joker dengan temanya yang berat dan gelap masih bisa menarik minat dan sukses yang besar kepada penontonnya. Terlepas dari kesuksesannya saya harap tidak ada kelanjutan lagi dari film Joker dan menjadikan film ini sebagai film tunggal saja. Karena saya merasa film ini sudah memberikan penutup yang sempurna, dengan meninggalkan banyak kesan dan pengaruh kepada penontonnya. Menandakan bahwa film superheroes tidak perlu terikat pada sebuah proyek besar, mendatangkan pemain dari film lain sebagai crossover yang ambisius, atau mengeluarkan modal banyak untuk membangun hype besar dalam masyarakat, dengan arahan dan komitmen yang tepat film dari adaptasi komik-pun bisa mendatangkan sukses dan apresiasi yang baik.

Joker (2019)


Reviewed By:

Joker merupakan film yang tepat sebagai penutup dari DC dan Warner Bros.Tidak mengandalkan efek, aksi-aksi yang seru, dan juga tidak memakan modal yang cukup besar, film Joker unggul dalam ceritanya yang menampilkan kelelahan mental dan budaya cuek masyarakat terhadap masalah mental seseorang. Joaquin berhasil menghadirkan wajah baru Joker dengan komitmen dan keseriusannya dalam memerankan tokohnya, Arthur Fleck. Joker adalah angin segar yang berhasil dibawa oleh Todd Phillips terhadap film berdasarkan adaptasi komik menjadi lebih menarik dengan mengangkat tema-tema lebih yang sensitif.



Score:

9.5 out of 10

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.