Header Ads

"Onward! (2020)" Review dan Analisis (SPOILER!): Refleksi Modernisasi dan Pilihan!

Disney/Pixar

Intro

Membuka tahun 2020 Pixar bersama dengan Disney merilis film animasi ke-22 mereka berjudul “Onward”. Dibintangi aktor muda Tom Holland juga Chris Pratt sebagai pemeran utamanya (yang juga menjadi film pertama keduanya kembali berkolaborasi diluar film Marvel), dan aktris Julia Louis-Dreyfus untuk kembali terlibat dalam mengambil peran di film-film Pixar setelah 22 tahun lamanya semenjak A Bug’s life (1998). Saya cukup senang karena film besutan pertama mereka di tahun 2020 ini bukanlah berupa sequel atau prequel dari franchise film-film mereka yang telah sukses, karena film orisinil terakhir yang mereka keluarkan adalah Coco di tahun 2017.

Selain itu Onward juga merupakan film animasi Disney pertama yang tidak melibatkan John Lasseter, mantan CEO animasi Disney yang telah turun dari posisinya, yang juga banyak terlibat untuk melahirkan film-film animasi Disney dan Pixar yang sangat sukses seperti Toy Story, Cars, Zootopia, Moana, Frozen, Big Hero 6, Inside Out, dan sebagainya. Kali ini direksi filmnya jatuh ke tangan Dan Scanlon orang yang juga pernah menulis cerita dan mengarahkan ‘Monster University’ ditahun 2013. Untuk komposer musik filmnya, diserahkan kepada Mychael Danna dan Jeff Danna, di mana Mychael merupakan seorang komposer yang sempat mengantar Life of Pi (2013) untuk memenangkan Oscar di kategori Original Score.

Pixar dan Disney lewat trailernya menjanjikan kita sebuah dunia yang di tempati oleh makhluk-makhluk mistis, penuh dengan sihir, dipadu dengan konsep dunia modern abad 21 ini, menjadikan Onward sebagai salah satu film Pixar yang tidak melibatkan manusia sama sekali dalam ceritanya. Dengan premis penuh petualangan fantasi, apakah Pixar dan Disney berhasil membawakan film animasi pertamanya tahun ini dengan baik? Mari kita lihat!

A D V E R T I S E M E N T

Sinopsis

Disebuah dunia yang penuh keajaiban dan penuh dengan makhluk mistis, penghuni dunia ini hidup dengan sihir untuk membantu kebutuhan harian mereka. Sihir meski sangat menolong karena mampu menyelesaikan berbagai masalah yang ada, namun semua makhluk yang ada di dunia “Onward!”, tidak bisa mempraktikannya karena sangat sulit untuk dilakukan karena butuh latihan keras dan bakat. Hingga pada suatu hari inovasi teknologi pun muncul membuktikan penggunaannya jauh lebih mudah dan praktis ketimbang sihir. Lambat laun semua elf mulai mengalihkan perhatian mereka dari sihir, dan mulai memilih untuk menggunakan berbagai perangkat elektronik untuk keseharian mereka menandakan era modern mulai berkembang pesat. Sihir yang perannya sudah mulai bergeser, keberadaannya pun lama-lama memudar tersembunyi sebagai legenda dongeng untuk anak kecil atau puing-puing peninggalan sejarah dunia.

Disney/Pixar
Disney/Pixar

Dalam dunia yang modern tersebut cerita akan berfokus kepada Ian Lightfoot, makhluk elf dan anak remaja SMA yang kurang percaya diri. Ia tinggal bersama ibunya Laurel Lightfoot yang menjalin hubungan dengan polisi Centaur bernama Colt Bronco, dan kakaknya yang nyentrik sekaligus fanatik terhadap dongeng dan hal-hal yang berbau mistis bernama Barley Lightfoot. Sang ayah, Wilden Lightfoot, telah lama tiada dan Ian tumbuh tanpa mengenal sosok ayahnya tersebut. Pada ulang tahunnya yang ke 16, Ian berencana ingin merayakan bersama teman-teman sebayanya namun rasa malu mendorongnya untuk membatalkan niatnya tersebut. Untuk mengobati kekecewaan sang putra bungsi di hari spesialnya, sang ibu memberikan tongkat sihir peninggalan sang ayah kepada Ian.

Disney/Pixar
Disney/Pixar

Tanpa mereka duga, sang ayah juga meninggalkan permata phoenix yang sangat langka, dan sebuah pesan di mana dalam suratnya si ayah menjelaskan sebuah mantra untuk membawa kembali seseorang yang sudah tiada untuk kembali selama satu hari penuh dengan menggunakan permata phoenix. Barley yang sangat tahu akan hal-hal seperti ini sangat bersemangat untuk mencoba mantra tersebut, namun sayang seberapa keras dan gigihnya ia mencoba mantra tersebut tidaklah bekerja. Setelah semua keluarganya menyerah, Ian tanpa sengaja membaca mantra sihir tersebut sembari memegang tongkat sihir peninggalan sang ayah, dan betepa terkejutnya ia ketika mantra tersebut langsung berhasil! Di antara keajaiban yang tengah terjadi, terdapat Ian yang ketakutan, sang kakak Barley yang ketika melihat jika mantra tersebut berhasil mencoba membantu sang adik menstabilkan proses sihir tersebut. Namun sayang keduanya kehilangan kendali, ritualpun kacau, dan permata phoenix pun hancur tak bersisa. Semua itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kejutan lain yang ditemui oleh 2 elf bersaudara ini, karena secara diluar dugaan, mereka berhasil membawa kembali ayah mereka, tetapi tidak secara utuh karena hanya setengah badan saja yang muncul.

Disney/Pixar
Disney/Pixar

Kekacauan yang ditimbulkan saat ritual ternyata menghentikan separuh proses sihir tersebut, sehingga yang muncul di hadapan mereka hanyalah separuh tubuh sang ayah dari pinggang ke bawah. Panik dan tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan berharga untuk bertemu dengan ayah mereka kembali, kedua bersaudara ini langsung tancap gas, pergi untuk mencari sisa-sisa kekuatan sihir yang mampu menghadirkan ayah mereka seutuhnya. Mampukan kedua bersaudara ini mendapatkan kekuatan sihir untuk mewujudkan keinginan mereka? Apakah pertemuan yang dinanti-nantikan juga akan terwujud? Anda bisa mengetahu semuanya ketika melihat filmnya.

The Story

Untuk cerita, Pixar masih menggunakan konsep langganan mereka dengan menggunakan alur yang straight forward dan membagi prespektif ceritanya melalui berbagai sudut pandang karakter-karakter utamanya dalam satu narasi cerita yang sama. Narasi seperti ini sudah sering kali Pixar gunakan ke dalam film-film animasi mereka seperti Toy Story, The Incredibels, atau Finding Nemo, di mana ceritanya tidak selalu fokus terhadap tokoh protagonis utamanya namun juga menyorot karakter-karakter lainnya. Hal ini selain menambah berbagai varian plot yang ada, tetapi juga membantu filmnya untuk mengenalkan karakter-karakter yang ada di filmnya menjadi lebih dalam secara cerita atau latar belakang kepada penontonnya guna menambah kesan emosional pada momen-momen akhir filmnya, yang di mana sudah merupakan keahlian Pixar itu sendiri.

Disney/Pixar
Disney/Pixar

Disney/Pixar
Add caption

Dalam “Onward!” prespektif tersebut akan dibagi kedalam sudut pandang kedua bersaudara Lightfoot (Ian dan Barley) untuk mencari batu Phoenix untuk melengkapi ritual yang terhenti di tengah jalan, dan sang ibu (Laurel) yang berusaha mengejar anak-anaknya untuk menolong mereka dalam bahaya yang menanti. Biar secara konsep sudut pandang ceritanya terdengar sama dengan “Finding Nemo”, di mana orang tua pergi untuk mencari anak-anaknya yang hilang karena alasan tertentu, namun pada “Onward!” sudut pandang tersebut lebih difokuskan kepada antara kakak dan beradik disini. Melalui prespektif yang kebanyakan diarahkan kepada interaksi antar dua bersaudara ini, saya rasa Pixar bertujuan untuk menghadirkan cerita yang fokusnya tidak hanya terletak terhadap hubungan emosional antara orang tua dan anak saja, namun bagaimana hubungan antara saudara juga memiliki keindahannya tersendiri melalui rasa kepedulian, pengorbanan, dan kasih sayang.

Karena mengangkat tema persaudaraan, sering kali permasalahan yang timbul disebabkan oleh karena pertengkaran antara Ian dan Barley sepanjang perjalanan mereka keduanya. Filmnya memanfaatkan konflik tersebut sebagai bentuk eksposisi untuk lebih mengenalkan kita terhadap dunia dalam “Onward!” terutama sihir. Disini sihir selain menjadi salah satu tema yang menjadi ujung tombaknya, juga merupakan komoditi utama bagi kakak beradik ini sebagai alat untuk menyelesaikan masalah juga guna untuk meneruskan plot ceritanya. Melalui pertengkaran antara bersaudara ini juga bagaimana filmnya mengembangkan karakter keduanya.  

Disney/Pixar
Disney/Pixar

Seperti dalam cerita dongeng, di mana sang pahlawan memiliki tujuan mulia untuk mencapai tujuannya, dibutuhkan peran antagonis yang menjadi penghalang sang pahlawan dalam perjalanannya. Menariknya dalam “Onward!” tidak ada karakter jahat yang mendedikasikan hidupnya untuk menghalangi ke dua bersaudara ini untuk mencapai tujuan mereka. Namun seperti biasa, Pixar memberi kita petunjuk mengenai apa yang akan di hadapi oleh Ian dan Barley pada akhir film. Meskipun “ada” beberapa karakter yang cukup menyulitkan perjalanan ke duanya, namun saya tidak bisa mengkategorikan karakter-karakter tersebut sebagai tokoh jahat. Seperti contohnya terdapat tokoh yang mencoba menghentikan ke duanya namun tindakannya tersebut hanyalah bentuk kekhawatiran semata, bukan karena ada maksud jahat, karena tokoh ini juga tidak tahu apa yang ingin di capai oleh kedua bersaudara elf disini.

Sesuatu Yang Hilang

Dalam membangun dunianya, Pixar cukup banyak menciptakan berbagai hal menarik dan cukup padat terhadap konsep yang ingin mereka bawa. “Onward!” sebagai film yang ceritanya terletak pada dunia fantasi berhasil meleburkan antara konsep dunia fantasi tersebut kedalam dunia modern saat ini. Meski tidak ada ras manusia yang tinggal dalam dunia tersebut, filmnya berusaha tetap relevan dengan membangun karakteristik makhluk-makhluk yang ada di dalamnya bertingkah seperti manusia atau binatang liar yang sering kita lihat sehari-hari. Elf yang sering kali digambarkan anggun dan bijaksana kali ini beraktivitas seperti manusia-manusia pada umumnya, Manticore dan Cyclops yang kita tahu sebagai makhluk seram dan berbahaya disini menjadi pelayan restauran yang ramah, peri-peri yang biasanya imut-imut dan baik hati berubah menjadi kawanan geng motor yang tidak ragu untuk mencari keributan.

Disney/Pixar
Disney/Pixar

Filmnya juga tidak lupa menghadirkan dunia yang juga turut mendukung makhluk-makhluk mistis yang tinggal di dalamnya. Seperti gua rahasia yang dipenuhi oleh perangkap dan sebuah artifak legendaris, kuil-kuil peninggalan penuh sejarah yang terbengkalai, makhluk-makhluk yang berbahaya, dan satu-satunya yang kurang adalah tidak ditunjukannya makanan tradisional. Ya, “Onward!” adalah film yang ingin menunjukan bagaimana sebuah sejarah benar-benar terlupakan, hingga budaya dan tradisi dari leluhur mereka hilang, tenggelam, dan terlupakan karena pesatnya modernisasi yang sangat berdampak hingga menjadi sebuah ketergantungan terhadap setiap makhluk di dalamnya. Dari Centaur yang tidak bisa berlari dan lebih memilih mengendarai mobil, elf yang tidak bisa terbang karena lupa caranya, sampai kuda yang merupakan perpaduan antara unicorn dan pegasus (Alicorn) bertingkah layaknya anjing atau kucing liar yang makan dari sisa-sisa sampah di tempat pembuangan.

Di antara itu semua, daya tarik utama dari film “Onward!” itu sendiri merupakan sihir. Namun sayangnya sihir juga mengalami nasib yang serupa, terlupakan dan berubah menjadi sebuah mitos yang diceritakan sebagai dongeng untuk membuai anak-anak tenggelam dalam imajinasinya. Namun tenang saja, melalui petualangan yang dilalui Ian dan Barley, kita akan diperkenalkan ke berbagai macam sihir dan keunikannya tersendiri. Mulai dari Aloft Elevaar yang mampu membuat benda-benda melayang, Accelior yang bisa membuat benda bergerak menjadi lebih cepat, Boombastia sihir yang mampu mengeluarkan ledakan kecil seperti kembang api, Voltar Thunderseer sihir tersulit di mana penggunanya bisa mengeluarkan petir dengan daya rusak tinggi, Magnora Gantuan sihir yang mampu memperbesar atau memperkecil ukuran dari sebuah objek. Melalui peninggalan ayahnya terhadap Ian dan Barley, merupakan kunci awal yang membuka jalan bagi kedua bersaudara ini untuk kembali menemukan sihir. Seolah tongkat dan mantra yang ditinggalkan agar sang ayah bisa bertemu dengan kedua anaknya, menyimbolkan bagaimana sebuah tradisi, ilmu, atau budaya diturunkan ke generasi selanjutnya.

Disney/Pixar
Disney/Pixar

Filmnya jelas ingin menyampaikan jika budaya atau sejarah merupakan bagian yang penting dan seharusnya tidak dilupakan. Modernisasi dalam filmnya seolah menggantikan peran antagonis yang seolah absen dihampir sepanjang filmnya. Filmnya disini juga seolah tidak menyampaikan modernisasi tersebut sebagai bentuk hal yang tersirat semata, tetapi secara buka-bukaan menunjukkan dampak dari bentuk sebuah kemajuan jaman tanpa mempertahankan nilai sebuah budaya, tradisi, dan sejarah. Ini mengingatkan saya seperti revolusi budaya di Republik China dimana budaya, ideologi, dan tradisi leluhur mereka dihancurkan dan ditolak oleh generasi muda saat itu. Hanya saja dalam “Onward!” tidak melakukan hal se-ekstrim tersebut, dan dijelaskan kebentuk yang lebih sederhana, yaitu lupa. Sejarah, budaya, dan tradisi adalah sesuatu yang mampu menjadikan semua makhluk hidup memiliki beragam keunikan dan juga yang membentuk identitas sebuah bangsa atau ras tertentu. Apa yang ditinggalkan leluhur kita, baik itu ilmu ataupun petuah, adalah sesuatu yang seharusnya tidak diremehkan apalagi dilupakan begitu saja, meskipun dinilai kolot tetapi karena melalui hal-hal tersebut kita bisa belajar dan bercermin untuk menjadi makhluk hidup yang lebih baik.

Disney/Pixar
Disney/Pixar

Disney/Pixar
Disney/Pixar

Mengapa saya menyebut Modernisasi sebagai salah satu peran antagonis dalam “Onward!”, adalah karena setiap buntut masalah yang ada dalam “Onward!” semuanya seperti disebabkan modernisasi yang mempengaruhi prilaku tokoh-tokohnya yang ada dalam film. Jika sihir tidak dilupakan mungkin Ian dan Barley tidak perlu repot-repot melakukan perjalanan berbahaya dan bisa menghabiskan lebih banyak waktu dengan sang ayah. Ian juga tidak akan teralu memandang skeptis terhadap sang kakak Barley yang selalu percaya pada hal-hal berbau mistis. Karakter-karakter lainnya seperti Manticore juga bisa memandu petualang-petualang seperti Ian dan Barley ke arah yang lebih baik, jika dirinya tidak teralu sibuk dengan bisnis yang ia jalankan. Adapun karakter-karakter lainnya bisa terlihat lebih anggun dan menawan jika mereka lebih jujur terhadap diri mereka sendiri tanpa harus bergantung dengan kemudahan yang ditawarkan oleh kemajuan jaman.

Kekuatan yang disebut “Saudara”

Konsep antara hubungan antara saudara, merupakan konsep utama yang ingin dihadirkan “Onward!” dalam ceritanya yang berfokus terhadap interaksi antara Ian dan Barley, kedua bersaudara yang saling bertolak belakang namun harus bekerja sama agar keduanya bisa bertemu kembali dengan sang ayah. Pertama-tama “Onward!” berhasil menampilkan hubungan antara kakak beradik pada umumnya ke dalam cerita, di antaranya yang paling mencolok adalah perbedaan pandangan atau gaya hidup antar keduanya. Ada kakak yang sangat rajin dan teliti namun memiliki adik yang santai dan teledor, atau memiliki adik yang suka bersosialita namun sang kakak merupakan karakter yang introvert. Inilah yang menjadi refleksi utama dalam film “Onward!” ketika memasukan refleksi tersebut sebagai karakteristik ke dalam kedua tokoh utamanya.

Disney/Pixar
Disney/Pixar

Barley Lightfoot, karakter sang kakak ini bagaikan seperti Dory di “Finding Nemo”, meski tergolong sebagai tokoh pembantu utama tetapi merupakan tokoh yang mampu mencuri banyak perhatian ketimbang tokoh utamanya karena wataknya yang nyentrik, kekanak-kanakan, sangat percaya diri, dan pemberani. Selain itu Barley merupakan karakter satu-satunya yang digunakan oleh filmnya sebagai tukang eksposisi yang sering kali menerangkan bagian-bagian yang menurut ceritanya penting. Saya pribadi tidak suka bagaimana “Onward!” melakukan pendekatan seperti in, yaitu dengan menyerahkan segala bentuk eksposisi menjadi tanggung jawab satu karakter (Barley), karena bagi saya terkesan malas atau hanya cari gampang saja. Melalui Barley kita akan banyak diberitahu mengenai sihir ataupun artifak sebagaimana fungsi dan cara kerjanya, makhluk-makhluk mistis, sejarah, dan jalan-jalan rahasia penuh dengan teka-teki.

Disney/Pixar
Disney/Pixar

Disney/Pixar
Disney/Pixar

Seperti tipikal tokoh-tokoh utama film keluarga pada umumnya, Ian Lightfoot tergolong spesial karena dijadikan sebagai satu-satunya karakter yang bisa menggunakan sihir. Tidak lupa juga filmnya menjadikan Ian sebagai karakter yang memiliki segudang kelemahan, yang dimana tentunya kelemahan ini akan dimanfaatkan pada akhir film dimana sang karakter utamanya berubah menjadi sosok yang lebih baik. Alasan mengapa Ian bisa menggunakan sihir pun juga tidak dijelaskan secara rumit, oleh karenanya alasan dibaliknya dibuat lebih simple dengan kata lain bakat terpendam. Karakternya yang selalu ingin terlihat normal, rasional, dan logis, membatasi dirinya akan pengetahuan-pengetahuan mistis termasuk sihir tidak seperti kakaknya Barley. Ketidak tahuannya ini yang juga menunjukkan kelemahan dari Ian itu sendiri, ia selalu meragukan dan tidak percaya diri karena khawatir atau takut jika pilihannya bukanlah pilihan yang terbaik. Keterbatasannya tersebut juga yang membantu ceritanya bisa bereksposisi, dimana saat Ian kebingungan atau ragu maka Barley akan dengan sigap menjelaskan dan membimbing sang adik dengan segala hal yang ia tahu.

Akan ada banyak konflik yang terjadi layaknya pertengkaran saudara, namun fokus utama dari perjalanan ini adalah bagaimana keduanya ingin membuktikan diri mereka dan mencari jati diri masing-masing. Konflik ini diperlihatkan dengan baik oleh Tom Holland dan Chris Pratt selaku pengisi suaranya, dimana perdebatan mereka terdengar alami dan mampu mengundang gelak tawa. Disini filmnya tidak akan selalu mengenai Ian, secara cepat filmnya bisa memberikan latar belakang dan alasan apa yang ia cari sejak awal film. Tetapi untuk Barley, filmnya secara perlahan-lahan akan mengupas karakternya, mengapa ia selalu berusaha untuk terlihat pemberani, dan alasan dibalik sikap super positifnya. Dibandingkan dengan Ian yang ingin bertemu sosok panutan yaitu ayahnya sendiri dengan harapan ia bisa menemukan jawaban atas pencarian jati dirinya, Barley disisi lain ingin membuktikan dihadapan Ian bahwa dirinya bukan pecundang dan merupakan elf yang bisa ia andalkan. Sayangnya sepanjang perjalanan Ian terkesan tidak melihat atau menyadari usaha dari kakaknya ini, agenda pribadinya menyempitkan pandangannya, dan ia baru menyadari atas kesalahannya ini pada akhir film.

Disney/Pixar
Disney/Pixar

Disney/Pixar
Disney/Pixar

Disney/Pixar
Disney/Pixar

Perjalanan epik yang dilakukan oleh Ian dan Barley dalam filmnya, menjadi salah satu bentuk konsolidasi untuk merefleksikan hubungan antar kakak beradik ini. Apa yang ingin filmnya capai ingin lebih dari sekedar reuni antara Ian dan ayahnya, oleh karenanya “Onward!” membangun cerita yang fokusnya sangat erat menyoroti hubungan antara Ian dan Barley. Kita kerap kali teralu berpaku pada premis utama dimana sang tokoh utama bisa memperoleh tujuan pribadinya melalui bantuan dan pengorbanan yang dilakukan oleh karakter-karakter pendukungnya. “Onward!” berhasil lepas dari konsep tersebut dan menghadirkan cerita yang dimana protagonis utama mau mengorbankan kepentingannya demi mewujudkan akhir yang bahagia bagi karakter lainnya. Momen pendewasaan Ian itu sendiri yang pada akhirnya mendefinisikan dan menjadi klimaks pada ceritanya. Disaat Ian mau melakukan pengorbanan untuk kakaknya, adalah titik dimana karakternya sudah menjadi lebih dewasa, dan menyadari bahwa ia sebenarnya telah mendapatkan hal-hal yang ia cari selama ini. Ian tidak perlu hidup dibalik bayang-bayang ataupun berkeinginan lagi untuk menjadi seperti ayahnya, Ian adalah Ian. Karena bagaimana seseorang mau berubah bukan karena ia harus bertemu dengan orang lain dengan bertanya bagaimana untuk bisa menjadi lebih bijaksana. Perubahan semuanya dimulai dari dalam diri sendiri dengan menyadari keadaan dan sekitarnya, dan kamu tidak perlu mengikuti langkah orang lain untuk bisa menjadi lebih baik, kamu bisa membentuk jalanmu sendiri.

A D V E R T I S E M E N T

Verdict

Dalam “Onward!” juga tidak perlu disangkal jika pengisi suara utamanya, Tom Holland sebagai Ian Lightfoot, dan Chris Pratt sebagai Barley Lightfoot mampu memberikan performa terbaik hingga interaksi keduanya bisa terasa hidup dan mengundang gelak tawa. Tidak hanya Tom dan Chris saja, tetapi artis seperti Julia Louis-Dreyfus mantan artis “Seinfeld (1989)” yang juga ikut mengisi suara, Laurel Lightfoot, ibu dari kedua bersaudara elf ini juga patut diacungi jempol. Ditambah dengan Octavia Spencer yang juga sebelumnya mengisi suara salah satu binatang di film “Dolittle (2020)”, disini ia juga mampu mencuri perhatian sebagai Manticore yang terlihat komedik namun juga sangar.

Disney/Pixar
Disney/Pixar

Ketika melihat akhir “Onward!” saya bisa bilang Pixar tidak kehilangan sentuhannya. Sang direktor, Dan Scanlon, mampu menghadirkan akhir yang manis, bahagia, dan sangat menyentuh secara emosional. Tidak hanya mengeksploitasi akan pentingnya hubungan orang tua terhadap anaknya, filmnya secara optimal mampu menghadirkan relasi yang menarik antara kedua kakak beradik ini. Melalui dunia yang besar dan cukup imajinatif, “Onward!” tetap bisa menjadikannya cukup sederhana untuk dipahami dan tidak dibuat rumit dengan memanfaatkan Barley sebagai tukang eksposisi dihampir sepanjang film. Ditambah dengan musik rock yang bercampur dengan musik epik ala-ala fantasi jaman pertengahan menambah suasana menjadi lebih hidup. Ceritanya tidak hanya fokus bagaimana hubungan antar kakak beradik ini, namun juga menyoroti masalah dan dampak dari sebuah modernisasi. Seperti yang dikatakan oleh Gustav Mahler, “Tradition is not the worship of ashes, but the preservation of fire.”. Filmnya menunjukkan bagaimana sebuah tradisi lama bisa menyala kembali berkat sang anak berhasil mewarisi sebuah ilmu dari mendiang ayahnya, dan bagaimana ilmu tersebut berkembang lebih jauh seiring dengan perjalanan anak-anaknya. Tidak hanya itu karakter-karakter lainnya juga pada akhirnya bisa menerima kodrat mereka sebagaimana adanya, tanpa harus selalu bergantung dengan kemudahan yang ditawarkan oleh kemajuan jaman.


Onward! (2020)


Reviewed By:

“Onward!” bisa saya bilang merupakan film yang cukup decent yang dikeluarkan oleh Pixar. Tetapi jika dibandingkan dengan film-film sebelumnya, “Onward!” terasa lebih lemah dan kurang memorable meskipun tetap memiliki ending, dan dunia yang cukup solid. Untuk karakternya utamanya, Ian, terasa kurang memiliki daya tarik, dan Barley yang merupakan tokoh pendukung utamanya justru yang lebih mencuri perhatian. Sebagai film semua umur, saya rasa “Onward!” tidak akan kesulitan menemukan berbagai penonton di semua kalangan. Ceritanya yang ringan, karakter-karakternya yang interaktif, membangun dunia “Onward!” yang sudah penuh keajaiban juga penuh warna.



Score:

7 out of 10

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.