"Onward! (2020)" Review dan Analisis (SPOILER!): Refleksi Modernisasi dan Pilihan!
Intro
Membuka tahun
2020 Pixar bersama dengan Disney merilis film animasi ke-22 mereka berjudul “Onward”.
Dibintangi aktor muda Tom Holland juga Chris Pratt sebagai pemeran utamanya
(yang juga menjadi film pertama keduanya kembali berkolaborasi diluar film
Marvel), dan aktris Julia Louis-Dreyfus untuk kembali terlibat dalam mengambil
peran di film-film Pixar setelah 22 tahun lamanya semenjak A Bug’s life (1998).
Saya cukup senang karena film besutan pertama mereka di tahun 2020 ini bukanlah
berupa sequel atau prequel dari franchise film-film mereka yang telah sukses, karena film orisinil
terakhir yang mereka keluarkan adalah Coco di tahun 2017.
Selain itu
Onward juga merupakan film animasi Disney pertama yang tidak melibatkan John
Lasseter, mantan CEO animasi Disney yang telah turun dari posisinya, yang juga
banyak terlibat untuk melahirkan film-film animasi Disney dan Pixar yang sangat
sukses seperti Toy Story, Cars, Zootopia, Moana, Frozen, Big Hero 6, Inside
Out, dan sebagainya. Kali ini direksi filmnya jatuh ke tangan Dan Scanlon orang
yang juga pernah menulis cerita dan mengarahkan ‘Monster University’ ditahun
2013. Untuk komposer musik filmnya, diserahkan kepada Mychael Danna dan Jeff
Danna, di mana Mychael merupakan seorang komposer yang sempat mengantar Life of
Pi (2013) untuk memenangkan Oscar di kategori Original Score.
Pixar dan Disney lewat trailernya menjanjikan kita sebuah dunia yang di tempati oleh makhluk-makhluk mistis, penuh dengan sihir, dipadu dengan konsep dunia modern abad 21 ini, menjadikan Onward sebagai salah satu film Pixar yang tidak melibatkan manusia sama sekali dalam ceritanya. Dengan premis penuh petualangan fantasi, apakah Pixar dan Disney berhasil membawakan film animasi pertamanya tahun ini dengan baik? Mari kita lihat!
Sinopsis
Disebuah dunia
yang penuh keajaiban dan penuh dengan makhluk mistis, penghuni dunia ini hidup
dengan sihir untuk membantu kebutuhan harian mereka. Sihir meski sangat
menolong karena mampu menyelesaikan berbagai masalah yang ada, namun semua makhluk
yang ada di dunia “Onward!”, tidak bisa mempraktikannya karena sangat sulit
untuk dilakukan karena butuh latihan keras dan bakat. Hingga pada suatu hari inovasi
teknologi pun muncul membuktikan penggunaannya jauh lebih mudah dan praktis
ketimbang sihir. Lambat laun semua elf mulai mengalihkan perhatian mereka dari
sihir, dan mulai memilih untuk menggunakan berbagai perangkat elektronik untuk
keseharian mereka menandakan era modern mulai berkembang pesat. Sihir yang
perannya sudah mulai bergeser, keberadaannya pun lama-lama memudar tersembunyi
sebagai legenda dongeng untuk anak kecil atau puing-puing peninggalan sejarah
dunia.
Disney/Pixar |
Dalam dunia
yang modern tersebut cerita akan berfokus kepada Ian Lightfoot, makhluk elf dan
anak remaja SMA yang kurang percaya diri. Ia tinggal bersama ibunya Laurel
Lightfoot yang menjalin hubungan dengan polisi Centaur bernama Colt Bronco, dan
kakaknya yang nyentrik sekaligus fanatik terhadap dongeng dan hal-hal yang
berbau mistis bernama Barley Lightfoot. Sang ayah, Wilden Lightfoot, telah lama
tiada dan Ian tumbuh tanpa mengenal sosok ayahnya tersebut. Pada ulang tahunnya
yang ke 16, Ian berencana ingin merayakan bersama teman-teman sebayanya namun
rasa malu mendorongnya untuk membatalkan niatnya tersebut. Untuk mengobati
kekecewaan sang putra bungsi di hari spesialnya, sang ibu memberikan tongkat
sihir peninggalan sang ayah kepada Ian.
Disney/Pixar |
Tanpa mereka
duga, sang ayah juga meninggalkan permata phoenix yang sangat langka, dan sebuah
pesan di mana dalam suratnya si ayah menjelaskan sebuah mantra untuk membawa
kembali seseorang yang sudah tiada untuk kembali selama satu hari penuh dengan
menggunakan permata phoenix. Barley yang sangat tahu akan hal-hal seperti ini
sangat bersemangat untuk mencoba mantra tersebut, namun sayang seberapa keras
dan gigihnya ia mencoba mantra tersebut tidaklah bekerja. Setelah semua keluarganya
menyerah, Ian tanpa sengaja membaca mantra sihir tersebut sembari memegang
tongkat sihir peninggalan sang ayah, dan betepa terkejutnya ia ketika mantra
tersebut langsung berhasil! Di antara keajaiban yang tengah terjadi, terdapat
Ian yang ketakutan, sang kakak Barley yang ketika melihat jika mantra tersebut
berhasil mencoba membantu sang adik menstabilkan proses sihir tersebut. Namun
sayang keduanya kehilangan kendali, ritualpun kacau, dan permata phoenix pun
hancur tak bersisa. Semua itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kejutan
lain yang ditemui oleh 2 elf bersaudara ini, karena secara diluar dugaan,
mereka berhasil membawa kembali ayah mereka, tetapi tidak secara utuh karena
hanya setengah badan saja yang muncul.
Disney/Pixar |
Kekacauan yang ditimbulkan saat ritual ternyata menghentikan separuh proses sihir tersebut, sehingga yang muncul di hadapan mereka hanyalah separuh tubuh sang ayah dari pinggang ke bawah. Panik dan tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan berharga untuk bertemu dengan ayah mereka kembali, kedua bersaudara ini langsung tancap gas, pergi untuk mencari sisa-sisa kekuatan sihir yang mampu menghadirkan ayah mereka seutuhnya. Mampukan kedua bersaudara ini mendapatkan kekuatan sihir untuk mewujudkan keinginan mereka? Apakah pertemuan yang dinanti-nantikan juga akan terwujud? Anda bisa mengetahu semuanya ketika melihat filmnya.
The Story
Untuk cerita,
Pixar masih menggunakan konsep langganan mereka dengan menggunakan alur yang straight forward dan membagi prespektif
ceritanya melalui berbagai sudut pandang karakter-karakter utamanya dalam satu
narasi cerita yang sama. Narasi seperti ini sudah sering kali Pixar gunakan ke
dalam film-film animasi mereka seperti Toy Story, The Incredibels, atau Finding
Nemo, di mana ceritanya tidak selalu fokus terhadap tokoh protagonis utamanya
namun juga menyorot karakter-karakter lainnya. Hal ini selain menambah berbagai
varian plot yang ada, tetapi juga membantu filmnya untuk mengenalkan
karakter-karakter yang ada di filmnya menjadi lebih dalam secara cerita atau
latar belakang kepada penontonnya guna menambah kesan emosional pada
momen-momen akhir filmnya, yang di mana sudah merupakan keahlian Pixar itu
sendiri.
Disney/Pixar |
Add caption |
Dalam
“Onward!” prespektif tersebut akan dibagi kedalam sudut pandang kedua
bersaudara Lightfoot (Ian dan Barley) untuk mencari batu Phoenix untuk
melengkapi ritual yang terhenti di tengah jalan, dan sang ibu (Laurel) yang
berusaha mengejar anak-anaknya untuk menolong mereka dalam bahaya yang menanti.
Biar secara konsep sudut pandang ceritanya terdengar sama dengan “Finding
Nemo”, di mana orang tua pergi untuk mencari anak-anaknya yang hilang karena
alasan tertentu, namun pada “Onward!” sudut pandang tersebut lebih difokuskan
kepada antara kakak dan beradik disini. Melalui prespektif yang kebanyakan
diarahkan kepada interaksi antar dua bersaudara ini, saya rasa Pixar bertujuan
untuk menghadirkan cerita yang fokusnya tidak hanya terletak terhadap hubungan
emosional antara orang tua dan anak saja, namun bagaimana hubungan antara
saudara juga memiliki keindahannya tersendiri melalui rasa kepedulian,
pengorbanan, dan kasih sayang.
Karena mengangkat tema persaudaraan, sering kali permasalahan yang timbul disebabkan oleh karena pertengkaran antara Ian dan Barley sepanjang perjalanan mereka keduanya. Filmnya memanfaatkan konflik tersebut sebagai bentuk eksposisi untuk lebih mengenalkan kita terhadap dunia dalam “Onward!” terutama sihir. Disini sihir selain menjadi salah satu tema yang menjadi ujung tombaknya, juga merupakan komoditi utama bagi kakak beradik ini sebagai alat untuk menyelesaikan masalah juga guna untuk meneruskan plot ceritanya. Melalui pertengkaran antara bersaudara ini juga bagaimana filmnya mengembangkan karakter keduanya.
Disney/Pixar |
Seperti dalam
cerita dongeng, di mana sang pahlawan memiliki tujuan mulia untuk mencapai
tujuannya, dibutuhkan peran antagonis yang menjadi penghalang sang pahlawan
dalam perjalanannya. Menariknya dalam “Onward!” tidak ada karakter jahat yang
mendedikasikan hidupnya untuk menghalangi ke dua bersaudara ini untuk mencapai
tujuan mereka. Namun seperti biasa, Pixar memberi kita petunjuk mengenai apa
yang akan di hadapi oleh Ian dan Barley pada akhir film. Meskipun “ada”
beberapa karakter yang cukup menyulitkan perjalanan ke duanya, namun saya tidak
bisa mengkategorikan karakter-karakter tersebut sebagai tokoh jahat. Seperti
contohnya terdapat tokoh yang mencoba menghentikan ke duanya namun tindakannya
tersebut hanyalah bentuk kekhawatiran semata, bukan karena ada maksud jahat,
karena tokoh ini juga tidak tahu apa yang ingin di capai oleh kedua bersaudara
elf disini.
Sesuatu Yang Hilang
Dalam membangun dunianya, Pixar cukup banyak menciptakan berbagai hal menarik dan cukup padat terhadap konsep yang ingin mereka bawa. “Onward!” sebagai film yang ceritanya terletak pada dunia fantasi berhasil meleburkan antara konsep dunia fantasi tersebut kedalam dunia modern saat ini. Meski tidak ada ras manusia yang tinggal dalam dunia tersebut, filmnya berusaha tetap relevan dengan membangun karakteristik makhluk-makhluk yang ada di dalamnya bertingkah seperti manusia atau binatang liar yang sering kita lihat sehari-hari. Elf yang sering kali digambarkan anggun dan bijaksana kali ini beraktivitas seperti manusia-manusia pada umumnya, Manticore dan Cyclops yang kita tahu sebagai makhluk seram dan berbahaya disini menjadi pelayan restauran yang ramah, peri-peri yang biasanya imut-imut dan baik hati berubah menjadi kawanan geng motor yang tidak ragu untuk mencari keributan.
Disney/Pixar |
Filmnya juga
tidak lupa menghadirkan dunia yang juga turut mendukung makhluk-makhluk mistis
yang tinggal di dalamnya. Seperti gua rahasia yang dipenuhi oleh perangkap dan
sebuah artifak legendaris, kuil-kuil peninggalan penuh sejarah yang
terbengkalai, makhluk-makhluk yang berbahaya, dan satu-satunya yang kurang
adalah tidak ditunjukannya makanan tradisional. Ya, “Onward!” adalah film yang
ingin menunjukan bagaimana sebuah sejarah benar-benar terlupakan, hingga budaya
dan tradisi dari leluhur mereka hilang, tenggelam, dan terlupakan karena pesatnya
modernisasi yang sangat berdampak hingga menjadi sebuah ketergantungan terhadap
setiap makhluk di dalamnya. Dari Centaur yang tidak bisa berlari dan lebih
memilih mengendarai mobil, elf yang tidak bisa terbang karena lupa caranya,
sampai kuda yang merupakan perpaduan antara unicorn dan pegasus (Alicorn)
bertingkah layaknya anjing atau kucing liar yang makan dari sisa-sisa sampah di
tempat pembuangan.
Di antara itu
semua, daya tarik utama dari film “Onward!” itu sendiri merupakan sihir. Namun sayangnya
sihir juga mengalami nasib yang serupa, terlupakan dan berubah menjadi sebuah
mitos yang diceritakan sebagai dongeng untuk membuai anak-anak tenggelam dalam
imajinasinya. Namun tenang saja, melalui petualangan yang dilalui Ian dan
Barley, kita akan diperkenalkan ke berbagai macam sihir dan keunikannya
tersendiri. Mulai dari Aloft Elevaar
yang mampu membuat benda-benda melayang, Accelior
yang bisa membuat benda bergerak menjadi lebih cepat, Boombastia sihir yang mampu mengeluarkan ledakan kecil seperti
kembang api, Voltar Thunderseer sihir
tersulit di mana penggunanya bisa mengeluarkan petir dengan daya rusak tinggi, Magnora Gantuan sihir yang mampu
memperbesar atau memperkecil ukuran dari sebuah objek. Melalui peninggalan
ayahnya terhadap Ian dan Barley, merupakan kunci awal yang membuka jalan bagi
kedua bersaudara ini untuk kembali menemukan sihir. Seolah tongkat dan mantra
yang ditinggalkan agar sang ayah bisa bertemu dengan kedua anaknya, menyimbolkan
bagaimana sebuah tradisi, ilmu, atau budaya diturunkan ke generasi selanjutnya.
Disney/Pixar |
Filmnya jelas ingin menyampaikan jika budaya atau sejarah merupakan bagian yang penting dan seharusnya tidak dilupakan. Modernisasi dalam filmnya seolah menggantikan peran antagonis yang seolah absen dihampir sepanjang filmnya. Filmnya disini juga seolah tidak menyampaikan modernisasi tersebut sebagai bentuk hal yang tersirat semata, tetapi secara buka-bukaan menunjukkan dampak dari bentuk sebuah kemajuan jaman tanpa mempertahankan nilai sebuah budaya, tradisi, dan sejarah. Ini mengingatkan saya seperti revolusi budaya di Republik China dimana budaya, ideologi, dan tradisi leluhur mereka dihancurkan dan ditolak oleh generasi muda saat itu. Hanya saja dalam “Onward!” tidak melakukan hal se-ekstrim tersebut, dan dijelaskan kebentuk yang lebih sederhana, yaitu lupa. Sejarah, budaya, dan tradisi adalah sesuatu yang mampu menjadikan semua makhluk hidup memiliki beragam keunikan dan juga yang membentuk identitas sebuah bangsa atau ras tertentu. Apa yang ditinggalkan leluhur kita, baik itu ilmu ataupun petuah, adalah sesuatu yang seharusnya tidak diremehkan apalagi dilupakan begitu saja, meskipun dinilai kolot tetapi karena melalui hal-hal tersebut kita bisa belajar dan bercermin untuk menjadi makhluk hidup yang lebih baik.
Disney/Pixar |
Disney/Pixar |
Mengapa saya
menyebut Modernisasi sebagai salah satu peran antagonis dalam “Onward!”, adalah
karena setiap buntut masalah yang ada dalam “Onward!” semuanya seperti
disebabkan modernisasi yang mempengaruhi prilaku tokoh-tokohnya yang ada dalam
film. Jika sihir tidak dilupakan mungkin Ian dan Barley tidak perlu repot-repot
melakukan perjalanan berbahaya dan bisa menghabiskan lebih banyak waktu dengan
sang ayah. Ian juga tidak akan teralu memandang skeptis terhadap sang kakak
Barley yang selalu percaya pada hal-hal berbau mistis. Karakter-karakter
lainnya seperti Manticore juga bisa memandu petualang-petualang seperti Ian dan
Barley ke arah yang lebih baik, jika dirinya tidak teralu sibuk dengan bisnis
yang ia jalankan. Adapun karakter-karakter lainnya bisa terlihat lebih anggun
dan menawan jika mereka lebih jujur terhadap diri mereka sendiri tanpa harus
bergantung dengan kemudahan yang ditawarkan oleh kemajuan jaman.
Kekuatan yang disebut “Saudara”
Konsep antara
hubungan antara saudara, merupakan konsep utama yang ingin dihadirkan “Onward!”
dalam ceritanya yang berfokus terhadap interaksi antara Ian dan Barley, kedua bersaudara
yang saling bertolak belakang namun harus bekerja sama agar keduanya bisa
bertemu kembali dengan sang ayah. Pertama-tama “Onward!” berhasil menampilkan hubungan
antara kakak beradik pada umumnya ke dalam cerita, di antaranya yang paling
mencolok adalah perbedaan pandangan atau gaya hidup antar keduanya. Ada kakak
yang sangat rajin dan teliti namun memiliki adik yang santai dan teledor, atau
memiliki adik yang suka bersosialita namun sang kakak merupakan karakter yang
introvert. Inilah yang menjadi refleksi utama dalam film “Onward!” ketika
memasukan refleksi tersebut sebagai karakteristik ke dalam kedua tokoh
utamanya.
Disney/Pixar |
Barley Lightfoot, karakter sang kakak ini bagaikan seperti Dory di “Finding Nemo”, meski tergolong sebagai tokoh pembantu utama tetapi merupakan tokoh yang mampu mencuri banyak perhatian ketimbang tokoh utamanya karena wataknya yang nyentrik, kekanak-kanakan, sangat percaya diri, dan pemberani. Selain itu Barley merupakan karakter satu-satunya yang digunakan oleh filmnya sebagai tukang eksposisi yang sering kali menerangkan bagian-bagian yang menurut ceritanya penting. Saya pribadi tidak suka bagaimana “Onward!” melakukan pendekatan seperti in, yaitu dengan menyerahkan segala bentuk eksposisi menjadi tanggung jawab satu karakter (Barley), karena bagi saya terkesan malas atau hanya cari gampang saja. Melalui Barley kita akan banyak diberitahu mengenai sihir ataupun artifak sebagaimana fungsi dan cara kerjanya, makhluk-makhluk mistis, sejarah, dan jalan-jalan rahasia penuh dengan teka-teki.
Disney/Pixar |
Disney/Pixar |
Seperti
tipikal tokoh-tokoh utama film keluarga pada umumnya, Ian Lightfoot tergolong
spesial karena dijadikan sebagai satu-satunya karakter yang bisa menggunakan
sihir. Tidak lupa juga filmnya menjadikan Ian sebagai karakter yang memiliki
segudang kelemahan, yang dimana tentunya kelemahan ini akan dimanfaatkan pada
akhir film dimana sang karakter utamanya berubah menjadi sosok yang lebih baik.
Alasan mengapa Ian bisa menggunakan sihir pun juga tidak dijelaskan secara
rumit, oleh karenanya alasan dibaliknya dibuat lebih simple dengan kata lain
bakat terpendam. Karakternya yang selalu ingin terlihat normal, rasional, dan
logis, membatasi dirinya akan pengetahuan-pengetahuan mistis termasuk sihir
tidak seperti kakaknya Barley. Ketidak tahuannya ini yang juga menunjukkan
kelemahan dari Ian itu sendiri, ia selalu meragukan dan tidak percaya diri
karena khawatir atau takut jika pilihannya bukanlah pilihan yang terbaik. Keterbatasannya
tersebut juga yang membantu ceritanya bisa bereksposisi, dimana saat Ian
kebingungan atau ragu maka Barley akan dengan sigap menjelaskan dan membimbing
sang adik dengan segala hal yang ia tahu.
Akan ada banyak konflik yang terjadi layaknya pertengkaran saudara, namun fokus utama dari perjalanan ini adalah bagaimana keduanya ingin membuktikan diri mereka dan mencari jati diri masing-masing. Konflik ini diperlihatkan dengan baik oleh Tom Holland dan Chris Pratt selaku pengisi suaranya, dimana perdebatan mereka terdengar alami dan mampu mengundang gelak tawa. Disini filmnya tidak akan selalu mengenai Ian, secara cepat filmnya bisa memberikan latar belakang dan alasan apa yang ia cari sejak awal film. Tetapi untuk Barley, filmnya secara perlahan-lahan akan mengupas karakternya, mengapa ia selalu berusaha untuk terlihat pemberani, dan alasan dibalik sikap super positifnya. Dibandingkan dengan Ian yang ingin bertemu sosok panutan yaitu ayahnya sendiri dengan harapan ia bisa menemukan jawaban atas pencarian jati dirinya, Barley disisi lain ingin membuktikan dihadapan Ian bahwa dirinya bukan pecundang dan merupakan elf yang bisa ia andalkan. Sayangnya sepanjang perjalanan Ian terkesan tidak melihat atau menyadari usaha dari kakaknya ini, agenda pribadinya menyempitkan pandangannya, dan ia baru menyadari atas kesalahannya ini pada akhir film.
Disney/Pixar |
Disney/Pixar |
Disney/Pixar |
Verdict
Dalam “Onward!” juga tidak perlu disangkal jika pengisi suara utamanya, Tom Holland sebagai Ian Lightfoot, dan Chris Pratt sebagai Barley Lightfoot mampu memberikan performa terbaik hingga interaksi keduanya bisa terasa hidup dan mengundang gelak tawa. Tidak hanya Tom dan Chris saja, tetapi artis seperti Julia Louis-Dreyfus mantan artis “Seinfeld (1989)” yang juga ikut mengisi suara, Laurel Lightfoot, ibu dari kedua bersaudara elf ini juga patut diacungi jempol. Ditambah dengan Octavia Spencer yang juga sebelumnya mengisi suara salah satu binatang di film “Dolittle (2020)”, disini ia juga mampu mencuri perhatian sebagai Manticore yang terlihat komedik namun juga sangar.
Disney/Pixar |
Ketika melihat akhir “Onward!” saya bisa bilang Pixar tidak kehilangan sentuhannya. Sang direktor, Dan Scanlon, mampu menghadirkan akhir yang manis, bahagia, dan sangat menyentuh secara emosional. Tidak hanya mengeksploitasi akan pentingnya hubungan orang tua terhadap anaknya, filmnya secara optimal mampu menghadirkan relasi yang menarik antara kedua kakak beradik ini. Melalui dunia yang besar dan cukup imajinatif, “Onward!” tetap bisa menjadikannya cukup sederhana untuk dipahami dan tidak dibuat rumit dengan memanfaatkan Barley sebagai tukang eksposisi dihampir sepanjang film. Ditambah dengan musik rock yang bercampur dengan musik epik ala-ala fantasi jaman pertengahan menambah suasana menjadi lebih hidup. Ceritanya tidak hanya fokus bagaimana hubungan antar kakak beradik ini, namun juga menyoroti masalah dan dampak dari sebuah modernisasi. Seperti yang dikatakan oleh Gustav Mahler, “Tradition is not the worship of ashes, but the preservation of fire.”. Filmnya menunjukkan bagaimana sebuah tradisi lama bisa menyala kembali berkat sang anak berhasil mewarisi sebuah ilmu dari mendiang ayahnya, dan bagaimana ilmu tersebut berkembang lebih jauh seiring dengan perjalanan anak-anaknya. Tidak hanya itu karakter-karakter lainnya juga pada akhirnya bisa menerima kodrat mereka sebagaimana adanya, tanpa harus selalu bergantung dengan kemudahan yang ditawarkan oleh kemajuan jaman.
Onward! (2020)
“Onward!” bisa saya bilang merupakan film yang cukup decent yang dikeluarkan oleh Pixar. Tetapi jika dibandingkan dengan film-film sebelumnya, “Onward!” terasa lebih lemah dan kurang memorable meskipun tetap memiliki ending, dan dunia yang cukup solid. Untuk karakternya utamanya, Ian, terasa kurang memiliki daya tarik, dan Barley yang merupakan tokoh pendukung utamanya justru yang lebih mencuri perhatian. Sebagai film semua umur, saya rasa “Onward!” tidak akan kesulitan menemukan berbagai penonton di semua kalangan. Ceritanya yang ringan, karakter-karakternya yang interaktif, membangun dunia “Onward!” yang sudah penuh keajaiban juga penuh warna.
Tidak ada komentar: